26.4.09

ARSITEKTUR MURAH untuk MASA DEPAN BUMI

apakah kita masih leluasa memilih tanpa takut apa kata orang tentang pilihan kita?
(telah dimuat di majalah RUMAHKU edisi 35 – April 2009)

ARSITEKTUR SEOLAH-OLAH
Sudah kodratnya manusia itu berlomba-lomba menampilkan kehebatan. Termasuk kemewahan harta dan materi yang dimilikinya. Arsitektur / properti / rumah juga termasuk di dalamnya. Semakin mewah dan semakin mahal arsitekturnya semakin bangga pemiliknya. Semakin tinggi juga harga diri pemiliknya. Seolah-olah demikian. Dan memang kenyataannya kita melihat demikian. Jangan jauh-jauh keliling kota besar. Datang saja ke desa-desa di pinggiran. Sudah bukan hal aneh kita melihat dinding depan rumah di desa dilapisi keramik mengkilap. Tetapi bila masuk ke dalam rumahnya, barangkali malah kamar tidurnya hanya berpintu sehelai kain (bukan karena sengaja tetapi karena dananya terpakai untuk keramik dinding depan rumah). Apa yang terlihat dari luar oleh orang lain dianggap mewakili kebanggaan atau harga diri pemiliknya. Seolah-olah demikian. Walaupun hal yang terlihat itu hanya sekedar kosmetik atau malah sekedar topeng. Di kota juga tidak jauh berbeda. Arsitektur Seolah-olah juga banyak dilakukan. Tempelan lempengan besar batu marmer impor dari negara nun jauh di sana menjadi andalan tampilan mewah yang dibanggakan. Padahal tidak jarang kualitas ruang di dalamnya sangat miskin dari pengalaman sensasi ruang. Atau malah amburadul. Tapi pemiliknya bangga dengan marmer impornya, sebagai simbol kemewahan dan kekayaannya. Seolah-olah demikian. Begitulah Arsitektur Seolah-olah.

MURAH juga merupakan KEMEWAHAN
Apakah semua yang mewah dan mahal itu termasuk arsitektur seolah-olah? Tentu saja tidak. Apakah kita harus anti mahal dan mewah? Bukan itu maksudnya. Itu hanyalah sebuah pilihan akan kemampuan pribadi masing-masing. Tapi ada juga pilihan lain yang seringkali kurang disadari. Bahwa murah juga adalah kenikmatan, keindahan, bahkan kemewahan. Makan nasi merah hangat hanya dengan lalapan dan sambal serta ikan peda bakar pada sore hari sewaktu hujan rintik-rintik adalah kenikmatan yang penuh. Kenikmatan dalam kesederhanaan. Tidak semua orang bisa menikmati kenikmatan dalam kesederhanaan. Hanya orang-orang dengan jiwa sederhana yang peka akan kekayaan anugerah kenikmatan dan keindahan yang Tuhan berikan berlimpah. Jiwa yang antusias seperti jiwa anak-anak. Sebetulnya begitu pula dengan arsitektur. Arsitektur Murah juga bisa terlihat mewah dan kaya. Mewah bukan dalam arti mahal, mengkilap, dan sejenisnya. Tetapi kemewahan dalam konteks keindahannya. Kemewahan Arsitektur Murah dinilai dari kualitas ruangnya. Bayangkan sebuah ruang keluarga tidak luas, dengan material pembentuknya yang sederhana (lantai semen, dinding bata merah ekspos atau bilik bambu, dan sejenisnya) tetapi memiliki kesatuan ruang dengan taman atau bahkan hamparan sawah yang luas, karena dindingnya bisa dibuka tutup seluruhnya. Itu adalah kemewahan dalam pengalaman hidup sehari-hari. Tidak semua arsitektur mahal memiliki kemewahan sepeti itu. Ruang-ruang yang bergantung pada penghawaan buatan /AC seringkali tertutup dan terpisah dari lingkungan alami. Hal-hal murah lain yang bisa disebut mewah yaitu hemat energi, pencahayaan alami, ventilasi alami, keberlanjutan alam, hubungan sosial antar ruang, eksplorasi material lokal, bayangan matahari melalui celah-celah dedaunan, kicauan burung-burung di pagi dan sore hari di atas pohon rindang di dalam rumah, dan sebagainya. (Lebih luas tentang kemewahan dalam kesederhanaan ini dapat dilihat pada buku “mimpi RUMAH MURAH”, penerbit Trans Media, 2009 )

WARISAN ARSITEKTUR NUSANTARA
Ternyata dalam kemurahan juga terdapat potensi eksplorasi yang sebetulnya tidak terbatas untuk menciptakan keindahan dan kemewahan yang bermakna. Kita juga seharusnya belajar soal kemewahan dalam kesederhanaan melalui warisan Arsitektur Tradisional Nusantara yang teramat kaya. Arsitektur Tradisional Nusantara menjadi bukti evolusi arsitektur yang menghormati alam. Bukti pemanfaatan kekayaan alam, menyatu dengan alam, tanpa mematikan kesempatan alam untuk beregenerasi. Nilai-nilai luhur warisan arsitektur nusantara ini merupakan sumber inspirasi dan eksplorasi yang sangat luas bagi terciptanya arsitektur masa kini yang bernilai tinggi. Indonesia merupakan negara yang memiliki warisan kekayaan budaya dan arsitektur paling besar di seluruh dunia. Apakah kita sudah memelihara, mempelajari, menggali, dan mengembangkan warisan nenek moyang kita itu dengan selayaknya?

HEMAT dan MURAH sebagai WUJUD IMAN
Masa depan Bumi serta kesanggupan Bumi menjadi sumber hidup bagi anak cucu kita terletak pada sikap hidup manusia masa kini. Nenek moyang kita memiliki sikap hidup yang sangat bijaksana karena memberikan kesempatan kepada alam untuk hidup bersama-sama. Sangat kontras dengan sikap hidup manusia masa kini yang mengeksploitasi alam, membunuh alam dengan tergesa-gesa, demi memperkaya diri sendiri. Padahal bumi dan segala isinya diciptakan Tuhan untuk memberikan manfaat bagi seluruh manusia. Padahal Tuhan pun memberikan mandat bagi seluruh manusia untuk memelihara bumi dan segala isinya. Sikap acuh, tidak peduli, egois dalam gaya hidup kita dan hal-hal kecil sehari-hari, akan menumpuk kerusakan dan kehancuran Bumi lebih cepat tanpa kita menyadarinya. Secara langsung maupun tidak langsung juga sama dengan membunuh manusia sekitarnya dengan perlahan-lahan.
Arsitektur Murah adalah salah satu cara dan pilihan untuk melestarikan Bumi. Bila setiap pemilik membangun rumah/propertinya sedikit saja lebih murah dari kemampuannya, maka sudah cukup banyak penghematan yang bisa dikumpulkan. Bila biasanya menggunakan material impor, sekarang lebih banyak menggunakan material dalam negeri, maka cukup banyak polusi CO2 berkurang. Cukup banyak pula masyarakat kita yang mendapat nafkah bagi kehidupan keluarganya. Bila rasa puas akan kesederhanaan menjadi gaya hidup, maka cukup banyak anak cucu kita yang juga akan menikmati kesederhanaan hidup. Bila kesederhanaan hidup menjadi keseharian banyak orang, maka cukup banyak kelebihan kekayaan -- yang sebetulnya adalah titipan Tuhan untuk dikelola – yang dapat bermanfaat bagi kepentingan lingkungan hidup ataupun masyarakat yang kurang mampu. Maka nilai dan makna kehidupan kita akan semakin indah. Kesadaran penuh terhadap kepemilikan kita sebagai titipan Tuhan adalah wujud kesadaran dan penyerahan diri bahwa kepandaian, kesehatan, kesempatan, potensi, bakat, dan semua identitas diri kita adalah semata-mata anugerah dari Sang Pencipta. Kepada-Nya sajalah kita selayaknya menaruh rasa takut, hormat, dan pengabdian hidup tanpa kuatir akan penilaian orang terhadap harga diri kita. Karena harga diri sebetulnya bukan terletak pada kemewahan, bukan terletak pada Arsitektur Seolah-olah, tetapi pada pengakuan diri (yang tercermin pada gaya hidup sehari-hari) sebagai hamba di hadapan Sang Pencipta dan sikap mengasihi sesama manusia yang dikasihi-NYA.

15 Februari 2009
yu sing
arsitek yang bermimpi untuk membantu desain sejuta rumah murah dengan jasa desain murah, penulis buku “mimpi RUMAH MURAH” terbitan Trans Media

5 komentar:

  1. Anonim26.5.09

    Mas Yu Sing....
    I am your biggest fan!! Aku baca artikel tentang Romo Mangun di Tempo dan you would be the next Romo Mangun, yg mau membantu orang lain utk mewujudkan impiannya memiliki rumah idaman, namun tidak harus mahal...
    Terima kasih banyak ya Mas...!

    BalasHapus
  2. waduhh mbak workationing (mbak ika wiyoso yah?),
    terima kasih banyak..tapi sy perlu sedikit koreksi..he5
    sy tdk akan menjadi next romo mangun, tidak sanggup sis...wualahhh.
    sy hanya mengerjakan setitik kecil dr semua yg romo mangun bisa kerjakan. tp plg tidak sy berusaha mengerjakan bagian saya =)
    salam
    yu sing

    BalasHapus
  3. Anonim13.6.09

    Dalam rangka ingin membantu, Pak Tu Sing sangar hangat dalam merespon; meskipun berhadapan orang seperti saya yang baru saja memperkenalkan diri dan dikenalnya.

    Inilah ibadah yang sejati . . .

    Salam,
    Harry Latumaerissa

    BalasHapus
  4. setuju....tak hanya murah..juga ramah lingkungan. hingga umur kepala 3, banyak teman2 segenerasi saya belum sanggup mendirikan rumah. nunggu warisan...malu. usaha cari tanah...butuh waktu tak cepat.

    sukses u anda.

    BalasHapus
  5. Yu Sing,
    terimakasih banyak, membaca pemikiran Anda hati saya merasa senang, Indonesia menjadi indah karena orang-orang baik seperti Anda.

    Saya belum punya rumah, dan sedang berkelana imajinasi merancang rumah yang cocok dengan diri. Rumah dimana teman senang berada, tetangga senang bertandang, dan kita adalah penerima tamu dibangunan itu.

    Belum lama, sekitar 2 bulan saya dapatkan sebidang tanah, dikawasan pertanian sawah. Mimpi saya tempat tinggal bisa jadi tempat berkumpul, belajar apa saja. Terutama pertanian alami dan kesehatan alami.

    Kembali, membaca tulisan Anda, banyak menyehatkan pemikiran saya, salah satunya untuk berani menghadapi pendapat orang tentang apa yang dianggap "rumah bagus". Saya mengalami pembebasan. Lain waktu, saya akan konsultasikan tentang rumah ini, setelah saya bisa jabarkan kebutuhan saya secara jelas ..


    Salam
    Rezki Khainidar
    (ibu rumahtangga, 50 th)
    tinggal di Kota Padang

    BalasHapus