Lokakarya kampung baru jakarta, hut sketsa universitas tarumanagara, april 2013.
Kampung kota selalu relevan untuk menjadi tempat praksis
sosial holistik (galih w.pangarsa, 2012). Sebagai langkah awal, untar
mengadakan lokakarya. Lokakarya kali ini mengambil kasus kampung jatipulo,
tomang, jakarta. Mahasiswa S1 dari universitas tarumanagara dan universitas
bina nusantara, terdiri dari 7 kelompok masing-masing kelompok 4-5 orang,
diajak untuk mengamati dan wawancara dengan warga jatipulo. Lokakarya dibimbing
oleh pak sri probo sudarmo, yu sing, dan peter antonius.
Kampung jatipulo punya karakter yang menarik. Serupa dengan
kampung kota lainnya, banyak warga yang sudah tinggal di sana lebih dari 50
tahun yang lalu. Batas-batas kampungnya sudah jelas dibatasi oleh jalan
inspeksi samping banjir kanal barat dan kali kecil di sisi lainnya pada jalan
yang lebih rendah. Beberapa rumah sudah dibangun dengan konstruksi beton. Kepadatan
sangat tinggi, dari perhitungan 1 rt, ada yang mencapai 50 ribuan orang per
km2, padahal rata2 kepadatan kota dki jakarta sekitar 13 ribuan orang per km2.
Peserta lokakarya yang terdiri dari 7 kelompok ini
dilombakan untuk dipilih 3 terbaik usulan perbaikan kampungnya. Katanya biar
peserta lebih semangat. Apalagi peserta dari binus ikut lokakarya ini sambil
ujian di kampusnya. Ini luar biasa. Juga beberapa peserta dari untar baru
semester 2 atau 4.
Melalui proses diskusi, pembimbing memberikan masukan agar
perubahan kampung tidak terlalu drastis. Perlu dipetakan rumah2 mana yang
memang perlu dibongkar atau dipindahkan agar lingkungan kampung menjadi lebih
sehat dan bisa dapat ruang terbuka. Rumah2 eksisting yang kebanyakan sudah 2
lantai itu sebagian masih berupa rumah kayu yang cukup fleksibel untuk
dibongkar pasang/dipindahkan. Idenya adalah menambah beberapa blok rumah
menjadi bertingkat 4 atau maksimal 5 lantai, dengan bangunan ringan pada bagian
2-3 lantai paling atas. Rumah2 di atas itu seperti rumah panggung yang kolom
bawahnya setinggi rumah eksisting 2 lantai. Karena rumah ringan, struktur tidak
terlalu berat. Kalau memungkinkan hanya pondasi umpak dan sedikit diperkuat
dengan menempel pada rumah bawahnya.
Dalam waktu yang singkat, hanya 3 hari pertemuan bersama
pembimbing dan 5 hari pengerjaan, hasil karya beberapa kelompok cukup
membanggakan. Ini merupakan karya awal yang masih bisa terus dikembangkan lebih
detail, tetapi dapat memberikan gambaran kemungkinan kampung kota yang sangat
menarik, banyak ruang sosial dan terbuka yang tidak terduga, serta bentukan dan
ketinggian bangunan yang bervariatif. Karakter kampung yang inkremental tidak
hilang. Tapi lebih sehat dengan pencahayaan dan ventilasi lebih lancar ke
rumah2nya. Tidak berlebihan bila pemenang pertama memberikan judul usulan
perbaikannya sebagai kampung masa depan kota.
Cimahi, 2 mei 2013
yu sing
pemenang pertama
pemenang kedua:
semoga bisa terlaksana gagasan ini sangat inspiratif
BalasHapuskarya yang hebat! lihat blog saya ya harchitectnorm.blogspot.com thanks
BalasHapus