5.6.14

interdependensi alam-budaya-arsitektur

Interdependensi = hubungan saling tergantung.

1. Arsitektur tidak berdiri sendiri. Arsitektur bagian dari alam dan budaya manusia. Sebaliknya arsitektur juga perlu bersikap atau memberikan respon sesuai kondisi alam dan apa yang terjadi dalam tatanan pemikiran masyarakat. Arsitektur tidak bebas nilai. Wujud arsitektur merupakan implementasi dari serangkaian sikap, pilihan, respon  atas berbagai persoalan atau tantangan yang dihadapi, baik dalam fungsi bangunan itu sendiri, maupun semua unsur-unsur yang terlibat di dalamnya (dalam proses berdirinya sebuah arsitektur).

2.Makalah ini hendak mengamati bahwa sesungguhnya antara alam, budaya, dan arsitektur saling bergantung (dan membutuhkan) dan karena itu akan memberikan dampak bagi masing2. Dampak yang terjadi dapat negatif atau positif, tergantung dari praksis arsitekturnya. Arsitektur merupakan produk yang melibatkan alam sebagai sumber daya dan manusia sebagai pembangun maupun penggunanya (yang dalam jangka waktu panjang dapat membentuk pola pikir dan kemudian terbudaya).

3. Akibat eksploitasi yang besar terhadap alam, keseimbangannya mulai berubah. Kita menghadapi perubahan suhu bumi yang meningkat dan mengakibatkan banyak hal.

KONTEKS GLOBAL
Akibat Perubahan suhu bumi/pemanasan global:
  • Suhu meningkat 1,1°C-6,4°C antara tahun 1900-2100.
  • Tinggi muka air laut mningkat 10-25 cm selama abad ke-20, ilmuwan memperkirakan 9-88 cm pada abad ke-21.
  • Musim panas dan kebakaran hutan makin parah di seluruh dunia.
  • Gangguan ekologis: banyak spesies terancam, air samudera makin asam karena menyerap banyak karbondioksida, mengancam rantai makanan di lautan.
  • Ahli meteorologi mengingatkan, bila suhu bumi naik 2-3°C lagi, maka “bumi akan menjadi planet yang benar-benar asing” (selama 30 tahun ini, suhu bumi meningkat 0,2°C per tahun).
Sumber: wikipedia, erabaru.net, wartawarga.gunadarma.ac.id

ASIA:
  • Setiap hari 1000 hektar lahan pertanian produktif dirubah untuk fungsi perkotaan.
  • 16 dari 20 kota paling padat di dunia ada di asia.
  • Ilmuwan memperkirakan, pada 2050, 15 dari 20 kota paling kena dampak perubahan suhu bumi ada di asia.
  • Kalau muka air laut naik 100cm, Indonesia akan kehilangan 34.000km2 lahan.
  • 95.000.000 juta orang di asia pada 2070 akan terkena dampak parah akibat perubahan suhu bumi.
  • 42,2 % populasi tinggal di kota pada 2010.
Sumber: GREENING ASIA | nirmal kishnani, 2012.

INDONESIA:
  • Emisi karbon meningkat 164,7% dari 1990-2007.
  • 53,7% populasi tinggal di kota pada 2010.
  • Deforestasi 1.000.000 hektar-2.000.000 hektar per tahun.
  • Angka kemiskinan cenderung tinggi. BPS maret 2011: orang miskin 30,02 juta jiwa/12,49% dengan standar hidup Rp 211.000 per bulan per orang.
  • BPS 2009: kelompok usaha besar 0,01%, usaha menengah 0,08%, usaha kecil 1,01%, usaha mikro 98,9%. Pelaku ekonomi dari unit usaha menengah, kecil, dan mikro sejumlah 96,21 juta jiwa.
  • Kekurangan produksi rumah (backlog) 13,6 juta unit dan meningkat 800 ribu unit setiap tahunnya.
  • Menghadapi berbagai masalah/bencana banjir, sungai tercemar, kurang air bersih, sanitasi yang buruk, kepadatan hunian di kota-kota besar, angin kencang, gempa, dan lain-lain (yang sebagian terjadi karena perubahan suhu bumi).


4. Energi dunia paling banyak dipakai oleh bangunan gedung. Penggunaan energi dunia: 40% bangunan gedung (terdiri dari 22% residensial & 18% komersial/publik), 32% sektor industri, 28% transportasi. Dengan demikian, aplikasi arsitektur yang berdasarkan prinsip-prinsip kelestarian sangat diperlukan karena dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi bumi.

5. Bagaimana praksis arsitektur di indonesia dalam menghadapi berbagai persoalan-persoalan tersebut?
Mungkin kita bisa menggali dan belajar kembali kepada kebijaksanaan masyarakat masa lampau dalam berarsitektur, ketika keseimbangan alam masih terjaga dengan baik. Lalu kemudian menganalisa apakah mungkin ‘budaya’ berarsitektur seperti masa itu juga dipraktekkan di masa kini. Apa saja yang bisa langsung diadopsi dan apa yang perlu diadaptasi sesuai kondisi kini? Mungkinkah budaya berarsitektur seperti itu dapat membantu dalam memperbaiki keseimbangan alam yang sudah telanjur rusak?
Mungkinkah budaya berarsitektur seperti itu juga mengangkat harkat masyarakat (indonesia) yang terlibat dalam proses panjang kehadiran arsitektur?

persiapan materi presentasi untuk acara seminar yang diadakan oleh IAI Lampung, 26 november 2013 dan holcim award forum 5 desember 2013 di yogyakarta.
sampai jumpa lampung & yogyakarta =)

cimahi, 23 november 2013
yu sing
studio akanoma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar