23.11.15

tumpang sari [vila dengan hutan].

studio akanoma.
vila tumpang sari belitung.
status: proposal.
tim desain: yu sing, benyamin narkan, ismail solehudin.
tim mahasiswa magang: vidya.
luas lahan: 2,87 hektar.
jumlah vila: 53.

Vila didesain menyatu dengan hutan. Lahan ditanami aneka pohon kayu dan buah-buahan yang tahan puluhan tahun. Proses menghutankan lahan menjadi pernyataan kuat sejak awal, bahwa rangkaian fasilitas ekowisata (lihat tumpang sari hotel dengan kebun) ini mengupayakan keharmonisan antara kepentingan ekonomi dengan kelestarian alam dan budaya. Baik juga bila pengembang lain mengikuti dengan membuat hutan juga, maka lingkungan alam Belitung akan makin lestari. Namun bila yang lain tidak ikut, maka vila hutan ini akan menjadi oase dan semakin bernilai tinggi.
Mengapa hutan?
Fungsi vila membutuhkan tingkat privasi yang tinggi, perlu jarak antar satu vila dengan lainnya, dan relatif tidak padat. Hutan menjadi pilihan yang tepat dalam membuat vila yang inspiratif. Berbeda dengan vila yang dibangun di dalam hutan, di sini justru lahan terbuka ditanami banyak pohon, dihutankan, bersama-sama dengan pembangunan vila. Secara filosofis, manusia bukan puncak ekosistem, penentu utama paling tinggi, tetapi menjadi bagian dari ekosistem. Sikap yang menganggap manusia sebagai puncak penentu ekosistem, telah membuktikan kerusakan alam secara masif di seluruh dunia. Kerusakan kondisi bumi dan peningkatan suhu bumi saat ini telah membangkitkan kesadaran yang lebih tinggi atas pentingnya kelestarian alam. 



Mungkinkah pertumbuhan ekonomi dilakukan seiring dengan upaya-upaya memperbaiki bumi, atau paling tidak menjaga kelestariannya ?

Mestinya, alam yang semakin lestari akan menjadi syarat utama bagi perkembangan eko wisata yang juga lestari dalam jangka panjang. Eko wisata yang lestari maka pertumbuhan ekonomi juga lestari. Berjalan beriringan.

Proses menghutankan.
Perlu waktu cukup lama agar pepohonan yang ditanam tumbuh besar dan suasana hutan dapat terbentuk. Paling tidak perlu sekitar 5 tahun agar tinggi (beberapa jenis) pepohonan dapat mencapai lebih dari 3 meter tingginya. Sementara pohon yang direncanakan belum tumbuh besar, di samping-sampingnya dapat ditanam pohon sementara yang cepat tinggi, baik perdu maupun pohon berkambium gabus. Pilihan pohon kayu dan buah-buahan yang dapat berusia puluhan tahun, dapat diutamakan berupa pohon-pohon endemik belitung juga beberapa pohon yang memang diperlukan, misal untuk mengusir nyamuk atau daun atau batangnya dapat digunakan sebagai pestisida organik. Tentu saja pepohonan eksisting yang telah cukup besar akan dipertahankan.


Selain itu juga tentu dapat ditanami aneka tumbuhan bunga, perdu, buah-buahan, rempah-rempah sebagai pembentuk suasana dan mendatangkan aneka kupu-kupu, capung dan burung yang indah dilihat serta serangga ekosistem lainnya. Demikian pula pada lahan hotel C1, pohon bunga dapat ditanam berdampingan dengan aneka pohon sayur dan rempah. Pohon bunga (tertentu) meningkatkan kandungan nitrogren tanah yang dibutuhkan sayuran dan mendatangkan serangga-serangga pemangsa hama tanaman sayur.

Gugusan massa dan lanskap.
Bangunan vila berupa panggung 2 lantai. Lantai 1 hanya teras terbuka dan sedikit ruang tangga tertutup. Teras terbuka menghadap kolam renang. Kursi santai dan atau kasur gantung di teras menjadi sangat menyenangkan untuk mengalami suasana hutan di bawah. Kamar di lantai 2. Akses jalan menuju vila juga melalui selasar kayu terbuka di lantai 2. 

Selasar kayu meliuk-liuk melewati rimbunnya dedaunan. Cahaya matahari menembus sela-sela daun. Pengalaman berjalan menuju vila semakin menarik ketika pepohonan sudah tinggi dan rimbun seperti berjalan-jalan di ketinggian di dalam hutan.

Tumpang sari vila dengan hutan diperkuat dengan gugusan vila yang ditata seperti dedaunan pada cabang-cabang batang pohon. Satu kelompok vila mengelilingi kolam renang dapat berjumlah 5, atau 7 vila. Di tengah lahan ada 4 bangunan spa dengan jacuzzi pada lantai puncaknya. Bangunan pelayanan diletakkan di atas area parkir berupa tiga massa kerucut. 
Lahan bagian depan yang berbatasan dengan pantai didesain sebagai restoran dan kafe. 1 bangunan dapur, 1 bangunan restoran, 3 bangunan kafe, 1 bangunan sirkulasi vertikal berupa miringan/ramp.
Restoran dan kafe didesain agak terpisah dengan gugusan vila, sehingga dapat menarik pengunjung umum yang tidak menginap di vila. Batas dengan vila berupa gugusan pohon yang cukup banyak dan rimbun sehingga vila masih cukup privasi dan suasananya tetap seperti di dalam hutan.


Restoran, kafe, dan warung.
Restoran dan kafe juga didesain panggung, fungsinya mulai lantai 2. Restoran cukup besar didesain 2 lantai (lantai 2 dan lantai 3). Sedangkan kafe relatif lebih kecil, ada 3 bangunan. Kafe untuk menjual makanan minuman yang tidak terlalu berat/mengenyangkan, sebagai tempat nongkrong sambil menikmati pantai dan matahari terbenam. Lantai 3 kafe didesain terbuka tanpa atap untuk suasana lebih santai. Malam hari bisa melihat bulan dan bintang.
Posisi pinggir pantai yang strategis merupakan tempat umum semua kalangan tanpa batas. Karena itu lantai 1 di bawah kafe dan restoran dapat didesain untuk gerobak-gerobak penjual makanan ala warung/kaki 5 yang relatif murah. Privasi kafe dan restoran tidak akan terganggu karena beda lantai. Pengunjung diberikan banyak pilihan tempat makan. 

Gerobak didesain rapi dan lingkungannya bersih dengan pengaturan yang tertib termasuk pengelolaan sampahnya. Salah 1 ruang di bawah kafe bahkan dapat juga difungsikan sebagai balai pernikahan sederhana. Multifungsi. Menikah di warung pinggir pantai. Ketika tidak ada pernikahan tetap berfungsi sebagai warung. Ketika ada pernikahan gerobak2 dapat dipindahkan sebentar. Suasana ruang meja kursi pinggir pantai ini bisa jadi latar tempat yang sangat menarik dan otentik bagi foto pernikahan. Dekorasi suasana jalanan pinggir pantai (ketika ada pernikahan) dapat membuat suasana warung, kafe, dan restoran ini menjadi meriah dan berganti-ganti.



8 april 2015
yu sing.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar