24.12.08

Aku Cinta Indonesia [Timur]

Hari Minggu kemarin adalah hari yang sangat menyenangkan. Karena begitu banyak kejutan menyenangkan yang saya temukan tanpa sengaja. Saya menemukan 2 buku sekaligus tentang Indonesia di Gunung Agung BIP Bandung. Obyek Wisata Nusantara (sayang sampulnya sudah terkelupas, bukunya tinggal 1) dan Kain untuk Suami tentang tenun tradisional Nusa Tenggara Timur tulisannya Fenny Purnawan dengan foto-foto cantiknya Poriaman Sitanggang. Saya memang mencintai segala hal tentang Indonesia. Budaya, Arsitektur, Bahasa, Alam, Kain, Kerajinan, Musik Tradisional, Kuliner, Kopi, semuanya. Kecuali pemerintahannya! Sebagian besar busuk, egois, garang, bossy, sempit, lambat, konyol. Sebagian kecil orang-orang hebat dan baik yang ada tidak mampu merubah gerombolon orang-orang busuk pemerintahan. Konyolnya mereka sudah dapat dirasakan melalui pelayanan sejak kelas kelurahan atau kecamatan. Atau bahkan bank sebesar BRI.
Pemerintah (orang-orang hebat dan baiknya) pusing minta ampun menghadapi berbagai masalah dan ketinggalan yang menumpuk di tanah air yang semua orang bilang kaya ini. Dan masih harus berhadapan dengan gerombolan orang-orang konyol egois yang tidak mau berubah. Harusnya profesional saja. Tidak usah pusing. Orang-orang konyol dan tidak produktif di semua jajaran pemerintahan dipecat saja semuanya. (Heran, saya tidak pernah mendengar pegawai negeri sipil dipecat). Masih banyak orang baik yang lebih layak untuk mampu melayani masyarakat dengan baik. Pemborosan anggaran negara yang terbesar menurut saya adalah korupsi terselubung para PNS yang digaji rutin tapi tidak bekerja (gaji untuk gerombolan konyol). Yah, lebih baik mereka tidak bekerja. Karena kalau mereka bekerja, bukannya urusan beres, malah tambah masalah baru.
Selain memecat gerombolan konyol, mungkin lebih baik kalau pemerintahan juga dibagi 3 saja. Ada pemerintahan Indonesia Barat, Indonesia Tengah, Indonesia Timur. Bukan apa-apa, sudah terbukti kok pembangunan tidak merata, tidak adil, tidak seimbang. Pemerintah yang ada selama ini sudah cukup kewalahan menghadapi berbagai permasalahan bertubi-tubi yang memusat di Barat, yang juga tidak kunjung selesai. Padahal di sudut Timur nan jauh di sana, ada masyarakat desa yang sederhana, miskin, polos yang mampu membuat kain yang agung, kaya, penuh makna keindahan yang abadi. Dan mereka tetap miskin. Mereka adalah para pahlawan budaya miskin. Terkikis keterasingan menuju kepunahan. Raksasa Ironi Negaraku. Segala sumber kekayaan akan musnah, padahal masyarakat saja belum merasakan apa itu sejahtera. Dan kalau semua sumber kekayaan dan keagungan musnah, semakin jauh masyarakat sejahtera. Semakin sulit. Anugerah Tuhan yang maha besar terlanjur tersia-sia.
Mari cintai Indonesia [Timur]! Jangan biarkan segala keagungan dan kekayaannya musnah! Tolong bilang pada pemerintah (hebat & baik), pecat saja semua pemerintah konyol. Maka Indonesia akan menjadi kaya, seperti seharusnya. Takdir dari Sang Pencipta. Kalau perlu, bentuk pasukan elit panca indera. Pasukan elit yang lebih hebat dari CIA. Syaratnya cuma satu. Panca Inderanya normal. Mata bisa melihat. Hidung bisa mencium. Telinga bisa mendengar. Kulit bisa meraba. Lidah bisa merasa. Lihat, cium, dengar, raba, rasa : Dalamnya, Luasnya, Kayanya, Agungnya INDONESIA kita.
Ahh, kopi wamena papua yang kuminum kemarin telah membuatku mabuk kepayang….
15 desember 2008
yu sing