11.1.11

inisiasi pembentukan jaringan kampung kota


salam kampung lestari

press release

Menuju Gerakan Kampus Mendampingi Kampung (kota)

Persoalan tidak selesai bila kita hanya menunggu. Penelitian (kampus) jelas kering bila hanya berupa kertas terketik rapi dan tersimpan. Kurang elok bila kampus kurang memberi pengaruh bagi perbaikan lingkungan sekitarnya. Tidak diragukan, kampus gudangnya ilmu yang dinamis. Sudah waktunya, kampus membuat teori (baru) sendiri sesuai konteks persoalan budaya masing-masing, bukan hanya mengestafetkan ilmu universal yang bersumber dari luar.

Untuk merespon ide ‘Gerakan Kampus Mendampingi’

Universitas Sebelas Maret berkeinginan untuk mengadakan acara:

1. ‘Saresahan ‘Merajut Kampung Kota’,

Agenda kegiatan ini berkeinginan untuk mengajak partisipan untuk bagaimana bisa berproses belajar dari kampung kota sekaligus membentuk jaringan komunitas yang bisa bermanfaat untuk dapat saling berbagi dengan apa dan untuk apa kegiatan yang telah dilakukannya selama ini dalam lingkupnya dengan konteks Kampung Kota.

Hari/ Tanggal Pelaksanaan : Jumat, 21 Januari 2011

Waktu Pelaksanaan : 09.00 -16.00 WIB

Tempat Pelaksanaan : Ruang Sidang Utama (RSU)

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

Gedung III Lt. 2

Jalan Ir. Sutami no. 36 A Surakarta

Agenda Kegiatan : 1. Saresehan Merajut Kampung Kota

2. Berbagai pengalaman antar Kampus mendampingi Kampung Kota

3. Inisiasi pembentukan Jaringan Kampung Kota

Kontak Person : Kusuma Rully 08211-243-4880

rully_0312@yahoo.com.

2. Jelajah Kampung ‘Kerajinan’ Surakarta

Surakarta memiliki asset yang tersebar akan kekayaan tersembunyi akan kampungnya. Menjelajahi Kampung Kota di kota budaya Surakarta merupakan pengalaman yang mengasikkan. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada :

Hari/ Tanggal Pelaksanaan : Sabtu, 22 Januari 2011

Waktu Pelaksanaan : 09.00 – 15.00 WIB

Kontak Person : Damar Andika 085642030093

*) Tentative area kampung : Makan Bergulo, Pringgolayan dan Putrojayan

“JELAJAH KAMPUNG KOTA”

Sesi I : 08.30 - 11.30

1. Registrasi di lapangan, pembagian co card, aqua dan materi jelajah

2. Breifing dari pemandu

‘Jelajah Kampung Makan Bergulo *)

3. Jelajah Kampung Makam Bergulo:

- Sejarah kampung Makam Bergulo oleh Ketua RW 09 Pak Margono

- Mengunjungi workshop Industri Shuttle Kock Pak Sarno

4. Jelajah sentra industri Shuttle Kock Kampung Bergulo

5. Workshop pembuatan 1 Shuttle Kock di Pringgo

6. Makan siang di selasar Kampung Makam Bergulo

Sesi II : 14.00 – 16.00

1. Pindah ke lokasi menuju Kampung Blangkon Joyoputan*)

2. Breifing dari pemandu ‘Jelajah Kampung Blangkon Joyoputran

3. Jelajah Kampung Putrojayan ‘Sentra Kampung Blangkon

1. Mengunjungi pengerajin tertua Industri Blangkon

3. Jelajah sentra industri Kampung Blangkon

4. Diskusi - Penutup

Kontribusi Peserta 2 hari :

Dosen/Umum / Mahasiswa S2-S3 : Rp. 150.000

Mahasiswa S1 : Rp. 50.000

Transfer No Rekening BNI 0110055104 atas nama Faiz Hamdi Suprahman

10.1.11

KEBERAGAMAN KAMPUNG VERTIKAL.









[peserta sayembara terbatas penataan stren kali surabaya]

karakter kampung eksisting stren kali surabaya dengan berbagai bentuk geometri, warna, pemanfaatan lahan, kehidupan sosial, material daur ulang dan bekas, sebagai sumber inspirasi pengembangan rencana induk dan rancangan penataan stren kali.

konsep umum rancangan: KAMPUNG VERTIKAL.

KAMPUNG VERTIKAL merupakan TRANSFORMASI dari KAMPUNG eksisting STREN KALI, tanpa menghilangkan KARAKTER LOKAL dan KEKAYAAN BENTUK, WARNA, MATERIAL, VOLUME, GARIS LANGIT (skyline) bangunan, POTENSI EKONOMI, KREATIVITAS WARGA, dll.

kearifan lokal serta kreativitas warga merupakan sumber daya utama bagi pengelolaan dan pengembangan kampung vertikal. warga dilibatkan dalam menentukan arsitektur unit hunian masing2.

kehidupan ala kampung dipertahankan, hanya saja menjadi bertingkat ke atas.

fungsi-fungsi tambahan selain hunian warga merupakan efisiensi pemanfaatan lahan bagi warga kota, sekaligus meningkatkan perekonomian warga.

rancangan arsitektur kampung vertikal merupakan arsitektur ala rakyat, yang dirancang lebih bersih, sehat, hemat, kuat. bukan arsitektur asing, baru, atau canggih. Dengan demikian, diharapkan mengurangi lonjakan perubahan budaya hidup yang terlalu mengagetkan. bagi wisata kampung, para wisatawan (asing atau lokal) masih dapat merasakan kehidupan dengan suasana kampung tetapi bertingkat.

merencanakan kampung menjadi kampung vertikal tidak dapat dihindarkan. ruang terbuka hijau perlu lebih banyak agar alam dan lingkungan hidup makin bersahabat. pertambahan jumlah penduduk di masa yang akan datang perlu diantisipasi sejak sekarang, sehingga kampung vertikal dapat bertahan. memang kampung vertikal dirancang dengan kapasitas minimal 2 kali lipat jumlah rumah eksisting. ukuran hunian bervariasi, karena memang tingkat ekonomi dan kebutuhan masyarakat tidak seragam.


FUNGSI ruang kampung:

1. unit hunian yang beragam: tipe kecil, menengah, besar.

2. jalan kampung dan tangga bersama.

3. ruang sosial kampung.

4. warung/ruang usaha rumah tangga.

5. ruang main + belajar anak-anak.

6. tempat jemuran [pada pagar balkon].

7. tempat bercocok tanam.

8. rumah ternak peliharaan.

9. ruang ibadah bersama.

10. bale serbaguna warga.

11. menara penampungan air bersama.

12. pengolahan air bekas rumah tangga bersama.

13. pengolahan dan pemilahan sampah bersama.

14. kebun [bambu, sayuran, rempah, obat, buah, anti polutan, hias] bersama.

15. pengelolaan wisata air dan kampung bersama.

KAMPUNG VERTIKAL yang BHINEKA:

1. Lantai 1 sebagai ruang publik : fasilitas warga kota, dengan wisata sungai. Warga terlibat dalam pengelolaan wisata dan penyediaan fasilitas lainnya [warung, restoran, toko oleh-oleh/kerajinan, pelatihan pengelolaan sampah, penginapan warga / homestay, dll]. Penambahan fasilitas publik sebagai solusi saling menguntungkan dengan pemkot dan dapat meningkatkan ekonomi warga, juga menambah keterlibatan warga dalam memelihara lingkungannya agar fasilitas wisatanya disukai masyarakat umum.

Selain ruang publik, juga tersedia ruang-ruang fasilitas warga: ruang serba guna, sekolah, perpustakaan, taman bermain anak, tempat pemilahan sampah dan pembuatan kompos,…..

2. Setiap kampung disediakan dermaga untuk aksesibilitas ke dan dari sungai.

3. Perumahan warga berupa blok-blok massa kampung vertikal, yang terintegrasi dengan fungsi2 kampung selain hunian.

4. Pengelolaan sistem utilitas [air bersih dan kotor] terpadu dan komunal.

KONSEP BANGUNAN:

1. Maksimal 4 lantai. Struktur 2 lantai paling atas menggunakan struktur ringan/lentur (kayu/bambu) dan struktur 2 lantai paling bawah menggunakan struktur beton yang lebih kokoh, sehingga biaya struktur relatif lebih murah. Struktur atap menggunakan kayu bekas atau bambu.

2. Tahap pembangunan dimulai dari pembangunan struktur rangka, pemilik masing2 hunian mengisi dinding dan lain-lain sesuai kebutuhan dan selera masing-masing.

3. Penggunaan kembali material bekas rumah warga (dengan sistem mosaik, penggabungan beberapa jenis material yang berbeda).

4. Hunian warga akan terdiri dari beberapa blok kampung vertikal yang saling terpisah sebagai antisipasi kebakaran dan kebutuhan ruang terbuka.

5. Pagar balkon / railing sebagai tempat jemuran.

6. Pemanfaatan atap maupun dinding sebagai tempat menanam aneka jenis pepohonan: sayuran, tanaman obat, rempah-rempah dan tanaman rambat.

7. Bentuk bangunan dikembangkan dari bentuk-bentuk geometri rumah warga di masing-masing kampung, yang beragam dan dinamis.

8. Warna-warni seperti rumah warga eksisting merupakan pembentuk suasana menyenangkan.

9. Pencahayaan alami dan ventilasi silang pada semua ruangan hunian.

TRANSFORMASI KAMPUNG STREN MENJADI KAMPUNG VERTIKAL, mempertahankan suasana kampung yang dinamis. Berbagai material bekas dapat digunakan kembali. Karakter kampung/’rustic’ sebagai strategi kontekstual terhadap kebiasaan hidup, perilaku, intensitas perawatan yang jarang, kampung vertikal menjadi lebih murah dan terbuka terhadap banyak alternatif aplikasi kreativitas warga terhadap huniannya. Tidak perlu sulit menjaga huniannya ‘steril’ mengkilap. Perbaikan juga dapat secara parsial.

Apabila dibutuhkan, hunian kampung vertikal dapat ditambahkan akses miringan (ramp) untuk orang tua atau penyandang cacat.

Oktober 2010

tim desain: yu sing, reza prima, thoat fauzi, iwan gunawan, gayuh budi utomo, rony wae, mohamad habibi