24.4.16

tata ruang kota


Ngobrol dengan guru yg klien yg juga teman yg seorang ahli biologi dan juga orang konservasi serta paham burung2 indonesia juga kehutanan yang jagoan mendampingi petani lebih maju serta tukang kopi dan lain2 dan sebagainya.
Entah dia ini manusia atau bukan.
Diagram atas:
Kota yang menyingkirkan segala pendukungnya jauh2 dari (pusat) kota.
Akibatnya kekacauan kemacetan dan pemborosan energi transportasi, waktu, tentu juga produktivitas.
Diagram bawah:
Semua elemen pendukung kota saling berdekatan.
Orang miskin dan pekerja kelas menengah juga tinggal di dalam kota. Tidak disingkirkan. Karena kota butuh pegawai bersih2..tukang sampah...kurir...karyawan pekerja..pkl..
Lebih ekologis karena emisi karbon lebih rendah.
Semakin mereka dijauhkan semakin macet. Tidak produktif. Dan tentu yg miskin tambah miskin.
Bukan hanya orang. Tapi sebisa mungkin segala kebutuhan kota jangan jauh2. Walau mungkin juga tidak terlalu dekat.
Upaya2 ini sebetulnya sudah berupaya dilakukan dengan kawasan fungsi campuran. Ya kantor. Ya pusat belanja & hiburan. Pasar sayur. Toko kue. Ya juga rumah. Tapi rumah2nya di gedung2 tinggi itu tidak terjangkau oleh pekerja kelas menengah bawah.
Catatan buat sy ingat.
Bukan hanya soal kota.
Diagram itu juga berlaku dlm soal2 lain.
Misal pendekatan solusi2 mikro per rt dalam mengatasi sampah. Dll.


Kiri adalah newyork dengan central park nya.
Sepertinya kota2 di indonesia tidak dirancang seperti central park.
Walaupun kadang ada juga kota yang punya taman hutan raya atau kebun raya, lebih banyak kota2 di indonesia, terutama kota besar dirancang dengan taman2 yang menyebar. Kecil2 dan banyak. 
Syaratnya undang2 adalah 30% dari luas kota harus berupa ruang hijau, terdiri dari 20% ruang hijau publik & 10% privat.
Bagus sih sbtulnya kecil2 tp menyebar. Tapi persoalan besar adalah sulit menjaganya. Nyatanya kota2 bertumbuh lalu ruang hijau menyusut. Bandung jakarta hanya bersisa sekitar 10% saja. Surabaya perkecualian krn sudah mendekati 30%. Itu prestasi besar. Banyak kota2 kecil memang rth 60%. Tp blm terbukti akan terus bertahan kalau kota makin bertumbuh.
Saya coba alternatif kanan. Jangan hanya 1 central park. Juga jangan banyak mikro2 rth.
Tapi pencampuran dari itu.
Banyak alun2. Tdk 1 alun2. Lalu ada koridor hijau yang lebar yang menyatu dengan koridor biru sebagai sumber air bersih kota.
Di dalam blok2 kota juga tentu ada taman2 kecil bisa memusat bisa menyebar juga.
Juga banyak danau2 lahan basah. Dan karena blok2 kota terpisahkan oleh koridor2 hijau..antar blok bisa saja terhubung oleh jembatan layang.
Mungkin menarik kalau ada kota yang bisa demikian. Bayangkan koridor hijau lebar dan menerus di seluruh kota. Itu juga sebagai jalur transportasi hijau. Sepeda. Sepeda listrik. Cable car. Air bersih dekat ke sumber. Air hujan dikelola di semua pelosok kota. Keterhubungan ruang hijau, biru di kota ini bisa membuat kotanya sangat ramah. Interaksi sosial sangat kuat. Aktivitas2 warga berkumpul setiap hari di koridor hijau. Piknik. Nonton. Bakar jagung. Anak2 mancing. Bapa2 merajut. Ibu2 main catur. Iya nyatanya memang perempuanlah pengontrol dunia ini. Laki2 yang disuruh susahnya.
Tapi tetap warga kota bahagia. Ekosistem bahagia. Air bahagia.


kematian alamiah

Cara alamiah atau sintetik.
Pertumbuhan penduduk dunia yang pesat mengancam banyak hal. Hutan berkurang. Pertanian menyusut. Sampai tahun 1950 penduduk dunia baru 2.5 milyar orang. Tiba2 di tahun 2015 sudah mencapai 7.3 milyar. Hanya dalam waktu 65 tahun peningkatannya hampir 3x lipat.
Kekurangan pangan dunia mengancam seiring lahan pertanian yang justru makin menyusut. Selain kebutuhan perumahan yang makin besar, manusia lebih terdorong untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daripada pertanian. Pada era akhir presiden SBY, setiap tahun Indonesia kehilangan 100.000 hektar lahan pertanian. Walaupun pemerintah klaim telah kembalikan 60.000 hektar dengan membuka lahan pertanian baru, produktivitasnya masih diragukan. Food estate di ketapang kalimantan barat seluas 3 ribu ha, akan diperluas 20 ribu ha, dengan ambisi 100 ribu ha, yang dicanangkan menteri bumn pak dahlan iskan waktu itu, di tahun 2015 saya lihat ke sana dalam kondisi terbengkalai dan ditinggalkan. Habis semua dimakan hama belalang.
Asumsi bahwa jumlah produksi pertanian dengan cara organik tidak akan cukup menyediakan kebutuhan pangan, sejak dahulu telah dikembangkan aneka produk pertanian non organik. Bibit, pupuk, obat hama pertanian semuanya hasil buatan pabrik. Ada kepentingan korporasi besar. Saya lupa angkanya persisnya, mungkin sekitar 80% bibit tanaman pertanian di indonesia itu adalah hasil ekspor. Bisnis yang besar.
Jadi, selain lahan pertanian diancam oleh aneka pengembang dan korporasi investasi besar dan menengah dengan berbagai fungsi gaya hidup kekinian, lahan pertanian yang ada pun sejak jaman orde baru telah diambil alih oleh produk2 buatan, bergantung pada pupuk dan obat hama kimia. Apakah betul bahwa pupuk, insektisida & herbisida kimia hanya satu2nya harapan bagi pemenuhan kebutuhan pangan?
Masanobu Fukuoka (1913-2008), petani revolusioner dari jepang, mengembangkan pertanian alamiah yang volume produksi kebunnya bisa sama dengan produksi kebun yang dikelola tidak alami pada waktu itu. Masanobu adalah ilmuwan agrikultur dan mikrobiologis yang di usia 25 tahun keluar dari pekerjaannya karena tidak percaya bahwa agrikultur cara 'modern' adalah yang benar dan baik. Sejak itu masanobu bertani. Dan kini buku2nya, salah satunya 'revolusi sebatang jerami' menjadi inspirasi di seluruh dunia.
Insektisida kimia dapat menghindarkan tanaman dan sayuran dari hama2 serangga. Tapi kita juga tahu bahwa semua serangga ikut mati. Termasuk serangga2 pembantu petani, pemangsa hama alami. Pupuk kimia dan herbisida berlebihan juga membuat tanah menjadi keras. Cacing dan aneka hewan penyubur tanah tersingkir. Serangga cacing dll musnah. Burung2 kehilangan makanan. Ekosistem terganggu secara berantai.
Puncak kekagetan kondisi ini ditulis dalam buku ahli ilmu lingkungan, rachel carson, 1962 berjudul the silent spring. Setelah perang dunia ke 2 berakhir, sisa2 bahan2 perang spt mesiu dll masih melimpah. Pabrik kimia memutar otak membuat pabrik obat hama sintetik menggunakan bahan2 bekas perang itu. Dipakailah di amerika secara massal. Akibat penggunaan pestisida sintetik yang berlebihan, membuat suatu masa musim semi tersepi. Tidak ada suara burung. Serangga lenyap. Kerusakan lingkungan meningkat cepat. Akibat buku ini penggunaan DDT dilarang.
Apakah dunia sudah sadar dan kembali ke cara2 alamiah dan organik? Masih jauh dari itu. Penelitian pertanian alamiah sepertinya kalah jauh tertinggal dari penelitian pertanian tidak alami. Ingat kepentingan ekonomi manusia lebih diutamakan. Pertanian alamiah berarti bibit alami yang bisa dibudidayakan petani tanpa terus beli. Pupuk alami berarti petani bisa buat sendiri. Obat2 hama alami berarti tidak bisa dikuasai pasar korporasi besar.
Saat ini telah lama berkembang bibit transgenik hasil rekayasa genetika. Monsanto adalah perusahaan amerika yang sangat besar dalam mengembangkan korporasi pertanian dengan bibit transgenik (gmo). Membuat petani bergantung sepenuhnya kepada monsanto dan perusahaan sejenis agar pertaniannya dapat panen dengan iming2 produktivitas yang tinggi dan pasti. Walau kenyataannya juga banyak yang gagal.
Indonesia juga membuka diri pada bibit transgenik ini. http://www.kemenperin.go.id/artikel... . Masih perlu banyak pertanyaan dan keraguan karena banyak aktivis lingkungan, pertanian, & kesehatan di seluruh dunia menolak bibit transgenik ini karena dampaknya yang bisa fatal buat kesehatan manusia bila dikonsumsi dalam jangka panjang. Tapi yang jelas dan pasti kebergantungan pada korporasi tidak mungkin bisa membuat petani berdaya dan menanjak kesejahteraannya, dibandingkan bila petani diajarkan pertanian alamiah dengan mandiri.
Kemandirian pertanian alamiah juga adalah jalan masuk kegotongroyongan bersama2 kelompok saling berbagi informasi. Hidup yang lebih berkualitas. Alam lingkungan yang lebih sehat.
Menghabiskan seluruh serangga tanpa pandang manfaatnya dalam ekosistem, adalah cara sangat kasar dan gegabah. Kita semua mungkin mudah setuju dalam pernyataan ini. Karena menyangkut hewan. Bukan dunia manusia. Lebih mudah diterima tanpa memihak. (soal perlu tidaknya obat hama kimia itu lain topik lagi. Prinsipnya serangga dan ekosistem lain tidak boleh dimusnahkan tentu semua setuju).
Tetapi berhubung profesi saya arsitek, saya juga melihat hal yang sama dalam dunia perkembangan kota. Manusia2 lemah miskin kecil digusur disingkirkan dengan cara tidak alamiah tanpa pandang bulu. Tidak dipilah pilah. Tidak diajak dialog dengan sungguh2, tidak seperti masanobu berdialog dengan alam dan kebunnya. Tidak melihat masalah dari sudut pandang yang lebih luas, mengapa ada kumuh? Mengapa ada urbanisasi? Mengapa ada kemiskinan? Mengapa ketidakadilan sekian puluh tahun tidak diperhitungkan sebagai kegagalan yang harus diperbaiki? Di mana2 terjadi di banyak kota besar. Serupa seperti halnya pertanian, kepentingan ekonomi lebih utama bagi manusia daripada pertanian itu sendiri. Demikian juga dalam kasus2 penggusuran paksa. Tidak peduli kerusakannya pada banyak (mental) anak, pemuda, ibu, orangtua. Akankah nanti kota2 maju ini menjadi kota2 mati? Seperti the silent spring?
20 april 2016. yu sing.

Pedagang Kaki Lima digusur

PKL digusur.
Kemiskinan adalah keniscayaan yang hadir di semua negara. Angka kemiskinan di Indonesia cenderung tinggi dan kalangan hampir miskin sangat rentan untuk jatuh miskin ketika berhadapan dengan aneka kenaikan harga atau krisis.
Badan Pusat Statisttik (BPS) Indonesia mencatat jumlah penduduk miskin Indonesia sebanyak 28,51 juta jiwa atau 11,13 persen dari total penduduk sampai September 2015. Jumlah penduduk sangat miskin itu mendekati jumlah seluruh warga negara malaysia. Garis kemiskinan yang dipakai BPS yaitu Rp 344.809 per kapita per bulan pada September 2015. Tetapi apabila dipakai standar garis kemiskinan $2 per hari, maka 40% atau seratus jutaan rakyat indonesia miskin. Dan memang tahun 2013 sebanyak 86,4 juta jiwa menerima jamkesmas.
Perhatian lebih banyak hendaknya diberikan kepada golongan yang lebih lemah. Kenyataannya pemerintah kota pada umumnya lebih berpihak kepada kepentingan golongan menengah dan atas, termasuk menyerahkan kebijakan pada hukum rimba pasar yang tidak adil.
Pemilik modal besar makin menguasai pusat-pusat kota. Masyarakat kecil semakin tersisih ke pinggiran kota dengan biaya transportasi yang lebih mahal dan waktu bersama keluarga yang makin sedikit. Di banyak kota di Indonesia, perkembangan mini-supermarket dan mal menjamur di berbagai pelosok. Warung-warung rakyat kecil dan pasar tradisional makin sulit bertahan karena tidak terlindungi dan dibiarkan melawan hukum rimba ekonomi. Lebih sulit pula menemukan fasilitas pedagang kaki lima yang dirancang dengan baik daripada berita-berita pengusurannya di berbagai kota.
Jumlah masyarakat yang bekerja di sektor informal (termasuk di dalamnya pedagang kaki lima) ternyata sangat tinggi. 99,91% pengusaha indonesia adalah kelompok usaha kecil dan mikro! dengan tenaga kerja 90 jutaan orang. Betapa ironi mereka yang sering digusur, tidak diberi t4 dlm perencanaan kota, kena pungutan2 liar. Solo merupakan kota yang dapat dijadikan teladan dalam melindungi masyarakat kecil. Di bawah kepemimpinan walikota Jokowi pada waktu itu, perijinan mal, mini-supermarket sangat dibatasi. Renovasi perbaikan pasar tradisional mendapat dana belanja daerah yang cukup besar. Pengelolaan pasar dipantau secara berkesinambungan. Pedagang kaki lima disediakan tempat berdagang di beberapa wilayah kota yang telah disiapkan dan direncanakan sebelumnya. Sayangnya sepeninggal jokowi ke jakarta, saat ini mini market sangat menjamur di solo.
Lalu mengapa kita hanya berpikir sempit? Menyalahkan PKL yang mengganggu kenyamanan trotoar, membuat macet, mengokupasi ruang2 publik. Bagaimana bila kita tanyakan ke mana kebijakan pemerintah selama ini dalam pengentasan kemiskinan? Mulai dari penyediaan pasokan rumah dan transportasi yang terjangkau sampai ruang2 usaha yang terlindungi hukum.
Apakah berjualan kaki lima itu haram sehingga tidak boleh dihadirkan dalam perencanaan kota? Mengapa taman2 kota dibangun tapi taman2 jajanan tidak dibangun? Bukankah kenyataannya pendidikan & lapangan kerja formal masih sangat sedikit menyerap tenaga kerja? Bukankah banyak sekali pegawai2 di ruang2 formal yang membutuhkan pelayanan pkl untuk makanan murah? Bukankah kemandirian ekonomi warga yang memang seharusnya didorong dan ditumbuhkan? Bila jalan2 aspal jutaan kilometer dibangun pemerintah untuk jutaan mobil2 pribadi boleh lewat, mengapa tidak banyak ruang2 pkl dibangun untuk pelaku ekonomi menengah sampai mikro dapat bekerja? Mengapa banyak sekali masyarakat indonesia yang menggantungkan hidup keluarganya pada gerobak dan lapak kaki lima? Dapatkah kita menjawab itu semua dengan jelas dan yakin sehingga boleh kita lenyapkan pkl di seluruh trotoar dan jalanan di kota2 kita?
16 april 2016. yu sing
Memang masa2 peralihan saat ini plg susah. Krn telanjur pembiaran puluhan tahun tdk teratur. Semua minta haknya. Lbh sulit saat ini. Drpd nanti kalau sudah ada tatanan yg lbh baik. Tinggal penegakan hukum 'doang' krn sdh disiapkan perencanaan dll yg lbh adil.
Bukan hanya PKL tp juga segala informalitas lainnya spt kampung kota.
Tantangannya saat ini ada 3 cara:
1. Cara tangan besi. Semua pukul rata. Hajar. Pdhl gak semua salah hrs dihajar.
2. Cara permisif. Ini juga generalisasi. Semua perlu ditampung dilayani..walau sbtlnya juga byk yg brengsek..udah kaya..atau tdk punya hak dan selama ini mengancam byk org dgn kasar.
3. Pakai saringan. Yg brengsek beneran hajar. Yg baik dan perlu dibantu maka diperlakukan baik. Ditata. Dibantu legalitasnya. Dll. Tp ini tdk mudah.

Msh perlu cari gimana cara nyaringnya?

rumah susun untuk warga kampung (kota)

Rusun untuk warga kampung (kota).
Telah begitu banyak saya ikuti dan dengar. Seminar. Ruang kuliah. Forum diskusi kelompok. Baik di kampus, komunitas, maupun kementerian. "di banyak tempat dibangun wc umum. Agar warga tdk buang kotoran ke sungai, kali, atau sembarangan. Setelah dibangun..wc umum tidak dipakai. Banyak persoalan. Budaya. Perawatan. Dll."
Itu hal sangat sederhana. Buang kotoran dan air kencing. Tapi tidak bisa dianggap remeh. Pemberian ratusan juga buat warga bisa jadi sia2 hanya karena maksud baik tanpa diskusi dengan kelompok pemakai.
Bayangkanlah rumah susun. Warga kampung kota dengan ikatan sosial ekonomi budaya yang begitu kuat pada struktur kampungnya. Tiba2 dipindah gusur masuk unit2 rusun yang begitu saja. Rusun standar. Keterpaksaan tentu bisa membuat mereka bertahan. Tapi bila diajak diskusi..didengarkan..diajak mencari alternatif lain..tentu sangat berbeda.
Telah banyak keilmuan lahir tentang pembangunan partisipatif, perumahan vertikal seperti apa yang mungkin lebih cocok untuk warga kampung dilahirkan oleh banyak profesor. Berbagai akademisi dan praktisi dari berbagai negara pun kagum kalau mendengarnya. Konsultan sangat terkenal dunia pun bahkan mengeluarkan buku kampung vertikal dengan menyoroti kegagalan dan kemonotonan serangan menara2 seragam di berbagai negara asia yang miskin imajinasi keberagaman, fleksibilitas, dan ikatan sosial.
Namun. Sampai saat ini. Regulasi rusun masih sangat kuno. Tidak mampu dan belum ada regulasi yang memungkinkan kampung susun. Begitu pula maksud baik pemerintah sejak dulu. 1000 menara rusun yang kuno. Diseragamkan. Dianggap remeh. Diinstankan. Dibangun di mana2. Di kampus dunia pendidikan pun tidak terkecuali. Dana rusun untuk mahasiswa turun ke daerah. Ini dana pusat. Gambar dari pusat. Seragam. Tak peduli bentuk lahan. Tak peduli budaya lokal. Bangun rusun seragam.
Di kala banyak negara yang sudah terlanjur mengalami keseragaman lalu mulai mau perbaiki cari karakter kotanya masing2. Sudah terlambat. Tapi tetap berupaya. Pemerintah seolah menghianati dirinya sendiri. Menghianati nenek moyangnya sendiri. Yang manusia laut. Manusia kampung.
Hargailah kearifan lokal. Hargailah keberagaman. Hargailah kebinekaan. Bineka tunggal ika dihianati. Diseragamkan jadi rusun yang seolah menyelesaikan semua persoalan dan tidak ada solusi bisa lebih baik dari itu. Menghianati bahwa selama ini kota2 itu bisa berjalan karena jasa orang2 kampung kota dengan berbagai peran profesi informal yang dibutuhkan banyak orang yang bekerja di ruang2 formal.
Terbayang2 bencana massal menyongsong. Bukan belum terjadi. Ada rusun bagus jaman dulu di jakarta sudah ada yang kosong dan gagal. Padahal fisiknya bagus. Terbayang sesederhana kamar mandi saja warga tidak mau pakai bila ada alternatif dan gagal komunikasi. Bagaimana nanti dengan rusun2 itu? Apakah hidup manusia sesederhana ruang kotak? Melihatnya saja bangunan2 besar tinggi seragam begitu sudah bencana bagi keindahan kota. Bagaimana bagi kehidupan di dalamnya?
15 april 2016, yu sing. arsitek.

urbanisasi ke jakarta

Urbanisasi ke jakarta.
Siapa suruh datang jakarta? Nyatanya 60an% uang indonesia berputar di jakarta. Maka sejak jaman bedil sundut orang2 dari negara belum bernama indonesia sudah pada datang ke jakarta mencari nafkah. Puluhan tahun pengelolaan negara yang 'rasis' thd daerah, tdk dipintarkan, dieksploitasi, 'upeti', dll membuat daerah2 terus tidak bisa berkembang dengan baik.
Urbanisasi itu menjadi kepastian dan 'takdir'. Ada segelintir yang memang sudah kaya bermodal datang ke jakarta dan terus bertambah kaya. Ada yg miskin ke jakarta lalu menjadi kaya dan makin kaya. Ada pula memang yang kaya ke jakarta lalu jatuh miskin. Tapi tentu saja jauh lebih banyak yang miskin ke jakarta dan tetap miskin.
Pernah terdengar kuat salah 1 solusi membersihkan kekumuhan adalah memulangkan orang2 miskin itu ke kampungnya masing2. Mengapa? Karena tidak berhasil jadi kaya? Atau belum?
Bagaimana dengan yang berhasil kaya. Apakah sudah merasa cukup berhasil dan punya modal besar lalu selesai tinggalkan jakarta kembali ke kampungnya? Mungkin ada tapi anomali. Kenapa mereka tidak juga disuruh pulang dari jakarta krn dianggap sudah cukup dan gantian orang lain yg mengadu nasib? Bukankah mereka juga dulu bukan org jakarta?
Pangkal masalahnya adalah 60% uang indonesia itu berkumpul di jakarta. Maka siapa saja berhak mengejarnya karena ketimpangan ekonomi itu mengakibatkan ketimpangan sosial budaya dan kemanusiaan. Bagaimana bila diatur hanya 10% saja uang indonesia yang berputar di jakarta? Pembangunan rumah2 jauh lbh dibutuhkan banyak daerah yang terus tekor pasokannya daripada kebutuhannya. Ekonomi maju di berbagai daerah mungkin menarik minat para migran kembali ke kampungnya. Dan seterusnya sehingga jakarta tidak terlalu penuh sumpek.
Kalaupun masih jauh dari upaya itu, pernahkah berpikir bahwa kecerdasan itu bukan hanya kecerdasan mengumpulkan kekayaan? Pernahkah berpikir bahwa bos2 besar pengembang itu tidak akan jadi super kaya tanpa tukang2? Bos2 besar itu tdk punya kecerdasan bertukang. Dan tanpa kecerdasan bertukang..tidaklah mungkin mereka sekaya sekarang. Tapi apakah kecerdasan bertukang ini dihargai tinggi? Apakah para tukang yang cerdas ini diberikan saham yang cukup shg mereka pun bisa mengkaya tanpa meninggalkan profesinya?
Sang pencipta menitipkan banyak sekali kecerdasan yang berbeda2 kepada banyak orang tetapi tidak kita hargai cukup. Hanya posisi2 puncak saja yg dihargai cukup. Mestinya tukang juga bangga atas kecerdasan bertukangnya. Tetap terus bertukang krn itulah dirinya yg seharusnya menjadi. Namun terus mengkaya seiring banyak karyanya dihargai baik.
Tidaklah cukup adil bila org2 miskin yang datang ke jakarta belum merasa cukup walau cukup banyak hartanya dikirim ke kampungnya dan berhemat ketat di jakarta, lalu diperlakukan spt maling dan disuruh kembali ke kampung. Sementara org2 sangat kaya berlimpah tdk pernah merasa cukup terus menumpuk kekayaan spt paman gober di tanah jakarta dan tak pernah disuruh kembali ke kampung.
14 april 2016, yu sing.

karya tulis anak sma, nadine

asistensi karya tulis anak sma, nadine
Ini anak nekat. Masih sma mau bikin karya tulis arsitektural. Tapi ngotot. Kukuh maksudnya. Karena ingin kuliah arsitektur nantinya. Seijin dia..sy kutip percakapan kami.
[10/31, 18:57] Nadine Sma: Selamat Malam Pak Yu Sing [10/31, 18:58] Nadine Sma: Saya Nadine yang beberapa hari lalu mengirim email ke bapak mengenai asistensi karya tulis sma [10/31, 18:59] Nadine Sma: maaf pak baru sempat menghubungi lagi karena minggu lalu saya sedang menghadapi ujian di sekolah jd belum sempat menghubungi bapak [10/31, 19:22] yu sing: [10/31, 19:31] Nadine Sma: kalau wawancaranya melalui whatsapp saja gimana pak? supaya nnt bisa mempermudah saya menuliskannya ke kartul. kalau melalui telepon takut ada yang tertinggal [10/31, 22:12] yu sing: [10/31, 22:12] yu sing: Boleh
[11/2, 13:19] Nadine Sma: judulnya Penerapan Rumah Tradisional Betawi terhadap Rumah Minimalis [11/2, 13:20] Nadine Sma: gapapa sih pak, kebetulan saya berniat mau jadi arsitek. jd kalau saya bisa sekalian belajar juga [11/2, 13:21] yu sing: Tapi dari judul kamu itu msh belum jelas. [11/2, 13:22] yu sing: Mau diterapkan gimana maksudnya. Direduksi sampai jadi minimalis? [11/2, 13:22] yu sing: Kalau ternyata gak bisa krn gak nyambung gimana? [11/2, 13:23] yu sing: Rekontekstualisasi rumah tradisional betawi mungkin lebih tepat [11/2, 13:24] yu sing: Tapi nilai2 positif pd rumah betawi diambil lalu sesuai konteks masa kini jadi gimana penerapannya. [11/2, 13:24] Nadine Sma: di terapkan misalnya desain rumah minimalis tsb atapnya menggunakan atap khas betawi [11/2, 13:24] Nadine Sma: spt itu pak, tp dengan gaya minimalis [11/2, 13:25] yu sing: Salah kesimpulan. Terlalu Menggampangkan [11/2, 13:26] yu sing: Pertanyaan: kalau mau rmh minimalis, kenapa harus pakai atap betawi? [11/2, 13:27] Nadine Sma: tujuannya untuk melestarikan rumah tradisional pak [11/2, 13:27] yu sing: Klau mau melestarikan..kenapa harus minimalis? [11/2, 13:27] yu sing: Melestarikan itu bangun plek sama [11/2, 13:28] yu sing: Bangunan heritage. [11/2, 13:28] yu sing: Kalau diubah2 sudah jadi pengembangan. Bukan pelestarian [11/2, 13:29] yu sing: Pelestarian itu juga memperbaiki rmh tradisional yg sdh tdk terawat/ hampir rusak. [11/2, 13:30] yu sing: Menghargai nilai lokal itu bukan membangun plek sama. Kecuali memang ingin membangun rumah adat. Kalau tidak..maka memang akan banyak rekontekstualisasi. [11/2, 13:31] yu sing: Apa yg penting dr rumah betawi. Yg masih relevan sebagai inspirasi bila dilakukan sekarang..dan signifikan terhadap kondisi sekarang [11/2, 13:31] yu sing: Nah kamu hrs mendalami rumah dan tata ruang lingkungan kampung betawi secara mendalam. [11/2, 13:33] yu sing: Lalu memberikan rekomendasi apa3 saja yg bisa dijadikan rujukan untuk: 1. Persis sama dilakukan juga sekarang. 2. Diadaptasi (ada perubahan) sesuai kondisi sekarang. 3. Berubah sama sekali tetapi nilai2nya filosofisnya atau sikap thd lingkungannya jadi rujukan. Walau bentuknya tdk sama dg rumah betawi..tp nilainya serupa [11/2, 13:34] yu sing: Nah yg saya ceritakan ini, bhkan banyak arsitek dan dosen arsitek saja belum paham ...bagaimana caranya [11/2, 13:36] Nadine Sma: jadi pak lebih baik saya bawa topik rumah betawi mendalami ke arah tata ruang dan nilai2nya saja ya? biar pembahasannya terfokus ke satu arah dan tidak terlalu luas [11/2, 13:36] Nadine Sma: lalu judul saya diganti jd Rekonstektualisasi Tata ruang rumah betawi terhadap Rumah Minimalis? [11/2, 13:37] Nadine Sma: sebetulnya saya dari awal sudah bingung karena guru pembimbing saya tidak paham secara mendalam mengenai hal ini, makanya saya hanya dapat gambaran kasarnya di mentok di bab 2 [11/2, 14:14] yu sing: Jangan bawa2 2 hal: betawi dan minimalis. [11/2, 14:14] yu sing: Itu bahas 2 hal itu saja bisa jadi 2 buku [11/2, 14:15] yu sing: Mulai dari tujuan. [11/2, 14:15] yu sing: Tujuannya kan utk menghargai nilai2 lokal (betawi). Btw kenapa betawi? Sma kamu di jakarta? [11/2, 14:16] yu sing: Nah utk menghargai nilai (rumah) betawi itu bagaimana bisa diterapkan sekarang (apapun gaya rumahnya..tidak harus mininalis toh) [11/2, 14:17] yu sing: Menerapkan nilai positif rumah betawi itu yg penting kan. [11/2, 14:18] yu sing: Topik seputar itu saja..lalu.kamu analisa..cari tahu rmh betawi itu gimana2. Baru disaring. [11/2, 14:20] yu sing: (Bahkan menerapkan nilai positif rmh tradisional saja perlu analisa panjang mendalam. Karena bukan sekedar fotokopi bentuk) [11/2, 14:22] yu sing: Kalau cuma sekedar fotokopi bentuk..apa manfaatnya buat lingkungan hidup yg lebih baik? Kan bisa juga tdk berbentuk rumah betawi tetapi punya nilai2 positif terhadap lingkungan dan kota, misal panggung shg banyak resapan air hujan. Punya sistem pengolahan air limbah. Punya banyak kebun dan tanaman. Bahkan atapnya jadi kebun..tapi datar tanpa atap...dst dll. [11/2, 14:24] Nadine Sma: iya pak kebetulan saya memang tinggal di jakarta [11/5, 08:15] Nadine Sma: selamat pagi pak yu sing, mengenai judul karya tulis sudah saya revisi jd rekontektualisasi rumah tradisional betawi. yg akan membahas ttg penerapan dr nilai2 filosofi rumah tradisional tersebut, contohnya teras yg luas pada rumah tradisional tersebut. [11/5, 08:16] Nadine Sma: apakah dengan penjelasan mengenai penerapan teras tersebut sudah cukup atau bagaimana pak? [11/5, 08:29] yu sing: Ya cb dijelaskan kenapa terasnya luas? [11/5, 08:29] yu sing: Utk apa? [11/5, 08:29] yu sing: Tp nanti ga cuma bahas teras kan? [11/5, 08:29] Nadine Sma: terasnya yg luas itu biasanya buat nerima tamu dan tempat berkumpul [11/5, 08:30] Nadine Sma: jd biasanya rumah betawi ga ada ruang tamunya pak [11/5, 08:30] Nadine Sma: selain teras dia punya ciri khas halaman yg luas biasanya untuk tempat latihan silat [11/5, 08:31] Nadine Sma: selain teras dan halaman, ornamen tradisional betawi yg menjadikan ciri khas nya [11/5, 08:32] Nadine Sma: setiap ornamen yg ada di rumah betaw punya filosofinya masing2 [11/5, 08:34] yu sing: Nah lalu apa signifikansinya t4 berkumpul di teras itu dlm.kondisi skrg? [11/5, 08:35] yu sing: Apa perlunya halaman luas dlm.konteks skrg? Apa rekomendasi nadine msh utk latihan silat atau apa? [11/5, 08:36] yu sing: (Krn judulnya kan rekontekstualisasi..maka ada yg berubah fungsi/makna/pemanfaatan sesuai konteks skrg..yg lbh cocok/bermanfaat. Bs dihubungkan dgn kondisi lingkungan..ikatan sosial..dll) [11/5, 08:36] yu sing: Apa misalnya ornamen yg dimaksud dan maknanya apa? [11/5, 08:37] Nadine Sma: menurut saya untuk kondisi skrg, teras itu bisa dijadikan tempat untuk santai sm untuk bersosialisasi. selain itu bisa dijadikan tempat buat menghirup oksigen krn teras tsb menghadap halaman depan yg di tanami tumbuhan2. dan untuk halaman bisa dijadikan tempat untuk daerah resapan air [11/5, 08:40] yu sing: [11/5, 08:40] yu sing: Terus? [11/5, 08:41] yu sing: Tumbuhannya jenis apa? Kenapa? [11/5, 08:41] yu sing: Resapannya kenapa penting? Gmn cara meresapkan air sebanyak mungkin ke dalam tanah sambil tetap halaman bs ditanami? [11/5, 08:45] yu sing: Eh..nadine..bbrp percakapan ini boleh sy posting di medsos? Soalnya kamu hebat sekali bahas ginian di karya tulis sma [11/5, 08:47] Nadine Sma: boleh pak [11/5, 08:49] Nadine Sma: terus saya kepikiran, jd di salah satu ornamen betawi itu ada yg berbentuk bunga melati dan bunga matahari. kalau tanaman itu jd salah satu tanaman yg di tanam di halaman tersebut bagaimana pak? [11/5, 08:50] yu sing: Td pertanyaan sy blm dijawab [11/5, 08:50] Nadine Sma: nah itu saya belum tau pak caranya hehe [11/5, 08:50] yu sing: Coba cari2 ya [11/5, 08:51] yu sing: Pengetahuan umum.kok itu [11/5, 08:52] yu sing: Coba cari hubungan meresapkan air dengan muka tanah jakarta yg turun terus akibat pengambilan terus menerus air tanah tetapi tanpa dikonservasi cukup (menjaga kapasitas air tanah) [11/5, 08:52] yu sing: Gugel deh [11/5, 08:53] yu sing: Kenapa menanam pohon penting? Dlm hubungannya menyediakan lahan bertanam. [11/5, 08:54] yu sing: Jenis pohon apa saja? Pohon pelindung? Buah? Sayur? Rempah? Kenapa? Ada isu apa sekarang dgn perlunya bertanam. Bahwa rumah tidak hanya ruang dalam ttpi juga ruang luar utk bertanam kan kalo di betawi [11/5, 08:54] Nadine Sma: kalau dengan cara membuat lubang biopori di halaman agar air meresap ke dalam tanah itu gimana pak? [11/5, 08:54] yu sing: Nah [11/5, 08:55] yu sing: Selain itu juga sumur resapan. [11/5, 08:55] yu sing: Manfaat biopori kan tdk hanya utk air..bs utk apa lagi? [11/5, 08:56] yu sing: Coba cari2 data referensi dari rujak.org ya [11/5, 09:06] Nadine Sma: oke deh pak, terima kasih banyak ya pak [11/5, 09:10] yu sing: (jempol)

kearifan lokal

Kearifan lokal. Peradaban tinggi.
Sering dikultuskan oleh ahli2 budaya. Tapi bukti nyatanya apa? Byk.peradaban itu musnah dan tak kembali. Entah oleh bencana alam atau perang saudara dan lainnya. Kearifan lokal betapa luhur tidak mampu bertahan menjadi tuntunan warganya. Terus luntur dan ditinggalkan. Kemudian tatanan dunia terus rusak. Bumi makin rusak. Itu kenyataan.
Masihkah mau bergantung pada kearifan lokal persis spt dulu yg sekarang terdengar banyak hanya jadi mitos2 pokoknya begini pokoknya begitu? Percuma. Kan sudah terbukti tidak diikuti masyarakatnya.
Apa yang dibutuhkan sekarang? Tafsiran baru atas nilai luhur lama. Lalu mungkin munculkan nilai luhur baru. Yang sangat kontekstual relevan dan harus bisa disukai masyarakatnya. Misal saja hutan keramat/larangan yg demikian dijaga hebat banyak kampung adat. Tapi juga kenyataan deforestasi indonesia gila2an. Apakah dengan pendekatan mitos keramat dan larangan bisa ampuh? Sdh terbukti gagal. Mungkin yg diperlukan skrg adalah pengetahuan mendalam atas hutan dan segala isinya. Sehingga masyarakat mencintai hutan. Berwisata ke hutan2. Walau pasti perlu fasilitas bangunan utk mengajak masyarakat masuk hutan. Tapi dikendalikan sangat. Bukan eksploitasi hutan untuk wisata saja. Konservasi jalan. Wisata jalan. Nilai pentingnya hutan tersampaikan. Sehingga lbh banyak masyarakat yg akan bela hutan kalau dirusak. Karena lebih mengerti..lebih menikmati. Pernah masuk. Pernah belajar mengenal. bukan karena dikeramatkan. Atau dilarang2 masuk.
Tafsiran baru..kemasan baru...persuasi baru dibutuhkan agar peradaban kita membaik. Tidak makin busuk.
cimahi, 6 april 2016 yu sing. studio akanoma.