18.11.11

per-INGAT-an PAPUA

































per-INGAT-an PAPUA.

Papua adalah peringatan Indonesia, juga dunia.

Papua adalah ‘tugu’ dunia.

TUGU ironi, kontrakdiksi, paradoks.

Papua sangat kaya juga sangat miskin dan tertinggal.

Papua paru-paru dunia juga dieksploitasi penebangan besar-besaran.

Papua teramat indah juga dirusak amat parah.

Papua dicintai, sangat berharga, dan teramat penting

Sekaligus juga tidak dipedulikan

Dimangsa diberangus dibunuh

Papua adalah peringatan dunia

(sayembara desain) tugu peringatan jayapura menandainya

Menjadi peringatan bagi dunia

Peringatan papua

Peringatan kepada indonesia

Peringatan kepada dunia

Arsitektur sebagai medium, perantara makna

Arsitektur sebagai peringatan

Arsitektur nusantara kini tidak hanya tentang mengkinikan arsitektur tradisional

Tetapi juga menandai jaman

(seperti juga banyak peringatan dan makna kehidupan dalam berbagai elemen arsitektur tradisional)

Per-INGAT-an

PAPUA

november 2011,

yu sing

akar anomali


PERJALANAN MENGHARGAI KONTEKS DAN MENANDAI JAMAN

Sejarah :

Holandia (Kapten Sachse_7 Maret 1910)

Hol = lengkung; teluk land= tanah, tempat yang berteluk.

Holland atau Nederland - geografinya menunjukkan keadaan berteluk-teluk.

Geografi Kota Jayapura hampir sama dengan garis pantai utara negeri Belanda itu. Kondisi alam yang berlekuk-lekuk inilah yang mengilhami Kapten sache untuk mencetuskan nama Hollandia di nama aslinya Numbay.

Numbay diganti nama sampai 4 kali: Hollandia-Kotabaru-Sukarnopura—Jayapura.

Pada tanggal 28 September 1909 kapal "EDI" mendaratkan satu detasemen tentara dibawah komando Kepten Infanteri F.J.P SACHSE, segera dimulai menebang pohon-pohon kelapa sebanyak 40 pohon, tetapi segera pula pembayaran ganti rugi harus dilakukan kepada pemiliknya seharga 40 ringgit atau 40 * f 2,50 = f 100,- (seratus gulden / rupiah).

LANDMARK KOTA JAYAPURA.

Kawasan Landmark Kota Jayapura [LKJ] didesain sebagai sebuah perjalanan sejarah. Pengunjung dihantarkan untuk menikmati seluruh fasilitas sejak dari awal gerbang masuk.

KONSEP PERJALANAN:

1. Gerbang pintu masuk berupa pelataran lingkaran dengan 40 patung dari batang pohon dengan berbagai ketinggian à sebagai tanda 40 batang pohon kelapa sebagai sejarah awal terbentuknya HOLLANDIA.

  1. Perjalanan dihantarkan oleh selasar pilotis yang melayang di atas pantai yang didesain berlekuk-lekuk seperti kondisi geografis Jayapura. KOTABARU sebagai masuknya Irian Jaya kembali ke Indonesia, masih belum banyak pembangunan, karena itu ditandai oleh kumpulan 7 Honai. Pengunjung seperti berjalan di tengah-tengah kampung Honai. Honai difungsikan sebagai awal perjalanan museum, dengan berbagai informasi tentang sejarah awal Jayapura dan Papua pada masa tersebut. Selain itu juga terdapat honai yang cukup besar sebagai toko cinderamata dan kerajinan Jayapura / Papua.
  2. Masa SUKARNOPURA dianggap sebagai masa euphoria pembangunan besar-besaran, karena itu ditandai dengan adanya amphiteater, kolam laut, sarana wisata air dan restoran matahari terbit yang berbentuk busur lingkaran.
  3. Perjalanan menuju JAYAPURA melalui 3 massa silinder sebagai podium menara. Masing-masing massa silinder terdapat ruang cinema, museum utama dengan diorama dan ruang serba guna. Bangunan pada area ‘jayapura’ didesain lebih modern, tanpa meninggalkan karakter organik yang menjadi ciri kawasan landmark kota Jayapura.

KONSEP KONTEKS JAMAN:

Landmark utama ditandai dengan menara berbentuk POHON yang sudah ditebang bagian atasnya. Batang pohon dikelilingi tanaman yang melingkar 10 kali membentuk spiral menuju ke puncak menara.

Konsep MENARA POHON merupakan penanda bahwa Papua merupakan paru-paru dunia yang selayaknya tetap menjaga kelestarian hutan selama pembangunan di masa yang akan datang. Makna paradoks pembangunan dan kelestarian hutan ditandai oleh Menara Pohon Yang Ditebang bagian atasnya. Konsep Menara Pohon juga merupakan sikap kontekstual dalam menandai jaman pemanasan global yang melanda seluruh dunia.

KONSEP BILANGAN:

Tanggal lahir kota Jayapura :

7 – 3 – 1910 =

7 Honai, 3 Silinder Podium, 10 lantai Menara Pohon.

40 batang pohon kelapa = 40 patung sebagai gerbang.

100 tahun = 100 kincir angin di atas restoran. Kincir angin yang digunakan adalah kincir angin yang silinder yang dapat digerakkan oleh angin lebih kecil.

100 tahun pada tahun 2010 à 1000 meter bak tanaman.

KONSEP FLORA DAN FAUNA:

Jayapura merupakan ibukota Papua, karena itu juga dapat dianggap sebagai perwakilan Papua. Papua terkenal dengan kekayaan keanekaragaman flora dan fauna, karena itu dalam Kompleks Landmark Kota Jayapura ditanami berbagai jenis flora yang terdapat di Papua yang cocok dengan suhu daerah pantai. Berbagai jenis flora tersebut menyatu dengan bangunan maupun selasar. Hijaunya bangunan diharapkan membentuk ekosistem baru dengan hadirnya berbagai jenis fauna, terutama burung, kupu-kupu, dan kumbang atau serangga. Selain sebagai penghijauan, bak tanaman sepanjang sekitar 1000 meter berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai lahan pembibitan tanaman untuk menghijaukan Jayapura. Berbagai jenis flora dan fauna lainnya ditampilkan dalam bentuk diorama pada railing ramp luar bangunan. Sehingga Landmark Kota Jayapura bukan hanya museum sejarah, namun juga merupakan museum flora dan fauna.

KONSEP EKONOMI:

Selain fungsi utama, desain ini juga menyediakan fungsi-fungsi lain yang dapat dijual agar perawatan kawasan ini tidak membutuhkan biaya dari luar. Berbagai fungsi yang disediakan yaitu:

  1. Wisata air : banana boat, parasailing, jetski, snorkling, fun cruise, kolam laut.
  2. Ruang Serba Guna : dapat disewakan untuk menampung berbagai acara, misal seminar, pelatihan, resepsi pernikahan, pertunjukan, dll.
  3. Toko souvenir dan kerajinan.

Fungsi ekonomis lain yang termasuk dalam KAK :

  1. Restoran ‘Matahari Terbit’.
  2. Pertunjukan seni dan budaya di amphitheatre.
  3. Anjungan di puncak menara.

KONSEP GENIUS LOCI:

Karakter tempat LKJ didesain organik berlekuk-lekuk, berbagai jenis pohon di sepanjang selasar, dengan aksen-aksen patung dan ornamen khas Jayapura. Berbagai fasilitas publik disediakan untuk menjadikan kawasan LKJ sebagai ruang terbuka kota yang baru. Kayu (termasuk bagian kulitnya) digunakan sebagai material finishing yang utama karena sesuai dengan potensi Jayapura, mudah dalam pengerjaannya, dan relatif ringan sehingga tidak memberatkan struktur. Menara Pohon menjadi penanda yang akan menjadi ikon kota yang mudah diingat. Kolom-kolom struktur beton yang bercabang terinspirasi dari ranting-ranting pohon. Penggabungan karakter ‘primitif’ / rustic dan unsur hijau dengan sistem struktur yang modern menjadi ciri khas usulan rancangan Landmark Kota Jayapura ini, sebagai metafora dari pembauran antara masyarakat lokal dengan pendatang yang bersama-sama berkomitmen membangun masa depan Jayapura yang lebih baik.

Tim desain: yu sing, benyamin narkan, eguh murthi pramono, pratiwi tanuwihardja, iwan gunawan.

karya dapat juga dilihat di: http://www.coroflot.com/yusing/sayembara-landmark-jayapura