2.5.13

kampung masa depan kota


Lokakarya kampung baru jakarta, hut sketsa universitas tarumanagara, april 2013.

Kampung kota selalu relevan untuk menjadi tempat praksis sosial holistik (galih w.pangarsa, 2012). Sebagai langkah awal, untar mengadakan lokakarya. Lokakarya kali ini mengambil kasus kampung jatipulo, tomang, jakarta. Mahasiswa S1 dari universitas tarumanagara dan universitas bina nusantara, terdiri dari 7 kelompok masing-masing kelompok 4-5 orang, diajak untuk mengamati dan wawancara dengan warga jatipulo. Lokakarya dibimbing oleh pak sri probo sudarmo, yu sing, dan peter antonius.

Kampung jatipulo punya karakter yang menarik. Serupa dengan kampung kota lainnya, banyak warga yang sudah tinggal di sana lebih dari 50 tahun yang lalu. Batas-batas kampungnya sudah jelas dibatasi oleh jalan inspeksi samping banjir kanal barat dan kali kecil di sisi lainnya pada jalan yang lebih rendah. Beberapa rumah sudah dibangun dengan konstruksi beton. Kepadatan sangat tinggi, dari perhitungan 1 rt, ada yang mencapai 50 ribuan orang per km2, padahal rata2 kepadatan kota dki jakarta sekitar 13 ribuan orang per km2.

Peserta lokakarya yang terdiri dari 7 kelompok ini dilombakan untuk dipilih 3 terbaik usulan perbaikan kampungnya. Katanya biar peserta lebih semangat. Apalagi peserta dari binus ikut lokakarya ini sambil ujian di kampusnya. Ini luar biasa. Juga beberapa peserta dari untar baru semester 2 atau 4.

Melalui proses diskusi, pembimbing memberikan masukan agar perubahan kampung tidak terlalu drastis. Perlu dipetakan rumah2 mana yang memang perlu dibongkar atau dipindahkan agar lingkungan kampung menjadi lebih sehat dan bisa dapat ruang terbuka. Rumah2 eksisting yang kebanyakan sudah 2 lantai itu sebagian masih berupa rumah kayu yang cukup fleksibel untuk dibongkar pasang/dipindahkan. Idenya adalah menambah beberapa blok rumah menjadi bertingkat 4 atau maksimal 5 lantai, dengan bangunan ringan pada bagian 2-3 lantai paling atas. Rumah2 di atas itu seperti rumah panggung yang kolom bawahnya setinggi rumah eksisting 2 lantai. Karena rumah ringan, struktur tidak terlalu berat. Kalau memungkinkan hanya pondasi umpak dan sedikit diperkuat dengan menempel pada rumah bawahnya.

Dalam waktu yang singkat, hanya 3 hari pertemuan bersama pembimbing dan 5 hari pengerjaan, hasil karya beberapa kelompok cukup membanggakan. Ini merupakan karya awal yang masih bisa terus dikembangkan lebih detail, tetapi dapat memberikan gambaran kemungkinan kampung kota yang sangat menarik, banyak ruang sosial dan terbuka yang tidak terduga, serta bentukan dan ketinggian bangunan yang bervariatif. Karakter kampung yang inkremental tidak hilang. Tapi lebih sehat dengan pencahayaan dan ventilasi lebih lancar ke rumah2nya. Tidak berlebihan bila pemenang pertama memberikan judul usulan perbaikannya sebagai kampung masa depan kota.

Cimahi, 2 mei 2013
yu sing

pemenang pertama



















 pemenang kedua: