3.12.12
buku anda
6.2.09
mimpi RUMAH MURAH

“Arsitek selalu berada di persimpangan jalan. Selalu ada beberapa jalan mudah & beberapa arah sulit. Tidak banyak yang mau mengambil jejak sulit ini: memikirkan arsitektur berkaitan dengan masalah sosial kemasyarakatan. Tapi arsitek tetaplah Arsitek! Dia akan bekerja dengan kompetensinya yaitu gubahan desain arsitektur: massa, ruang, material & biaya, yang tidak dikuasai profesi atau okupasi lain.
Yu Sing mengorbankan dirinya sekaligus berani mengambil jalan mulia yg sulit di jalur avant garde ini, bergelut dengan persoalan bangsa yang universal: papan (rumah) murah, terjangkau, tanpa sedikit pun mengurangi sikap mengejar kualitas desain. Sebuah pergulatan yang patut mendapat perhatian, sambutan & kritik yang sepantasnya!”
Ahmad Djuhara, IAI (Ketua IAI Jakarta 2006-2009)
“Tidak banyak arsitek yang berminat mengerjakan proyek rumah murah untuk masyarakat biasa. Lebih sedikit lagi arsitek yang mau menyisihkan waktunya untuk menulis dan membagi idenya kepada masyarakat luas. Yu Sing adalah salah satu dari sangat sedikit dari mereka. Di dalam buku ini Yu Sing tidak bermaksud untuk membeberkan teori arsitektur formal atau mengemukakan tekonologi arsitektur yang canggih. Melainkan menguraikan pemikiran desain lewat pengalaman bersahajanya yang kaya, lucu, unik, juga mengharukan yang dijalin erat dengan konsep-konsep desain perancangan rumah yang tidak hanya murah, tetapi juga sustainable dengan menggunakan potensi lokal, ramah lingkungan, material daur ulang hingga memberdayakan masyarakat setempat. Tidak hanya praktikal, Yu Sing juga merefleksikan gambaran arsitektur bermoral, yang selayaknya menjadi teladan.”
Imelda Akmal (Arsitek-Penulis Buku Interior dan Arsitektur)
Apa yang menjadi mimpi bagi Yu Sing, bisa menjadi terobosan bagi kehidupan orang banyak. Rumah merupakan unsur utama dalam memberikan kenyamanan hidup, terutama ketenangan bagi suatu keluarga untuk menempuh hidup yang produktif lepas dari tekanan mental. Tapi rumah adalah pos biaya yang paling besar bagi budget kebanyakan orang. Mulai dari lahan, bahan dan design. Dari ketiga ini, design sebetulnya bisa ditekan biayanya atas dasar kesanggupan seorang arsitek. Tidak semua arsitek sanggup dan mau memberian subsidi sosial atas dasar kemampuan merancang. Yu Sing sanggup dan mau. Melalui buku ini, ia sediakan karya hidupnya untuk dinikmati sesuai selera dan kebutuhan setiap orang yang perlu rumah tanpa biaya besar.”
Wimar Witoelar
“Tulisan pengalaman pribadi seorang arsitek tentang perancangan rumah murah ini sangat menarik dan sangat bermanfaat untuk dibaca oleh orang awam, para calon arsitek, bahkan oleh para arsitek profesional sekalipun. Bagi orang awam buku ini akan memberikan pemahaman tentang arsitektur rumah tinggal yang baik dan tentang peranan arsitek dalam menghasilkan rancangan yang baik dan benar dengan bahasa yang cukup mudah dipahami. Para mahasiswa calon arsitek akan diuntungkan karena dapat mempelajari metoda merancang dan produk rancangan yang beragam untuk banyak kasus yang berbeda-beda yang sulit mereka temui di buku-buku teks. Bagi para arsitek profesional buku ini menawarkan suatu sudut pandang tentang profesi arsitek khususnya mengenai proyek-proyek rumah murah, dan cara-cara menikmati berprofesi sebagai arsitek; sesuatu hal yang barangkali perlu ditemukan kembali oleh para arsitek yang terlalu larut dalam kesibukan rutin dan teknis. Bagi siapapun, buku ini pantas dibaca sebagai kisah pribadi tentang dedikasi dan kecintaan seseorang akan profesi yang dipilih serta ditekuninya.”Eko Purwono (Dosen Arsitektur ITB, purwono@ar.itb.ac.id)
“Buku ini bercerita tentang sebuah semangat. Sebuah semangat berarsitektur ke masyarakat menengah bawah. Sebuah semangat bahwa arsitektur adalah milik semua. Sebuah semangat yang sangat menggugah dari seorang arsitek bernama Yu Sing.”
Ridwan Kamil (Arsitek dan dosen Arsitektur ITB)
Walaupun buku ini diberi judul “mimpi RUMAH MURAH”, saya belum pernah bermimpi sebelumnya untuk menulis buku ini. Sampai suatu saat pihak penerbit mengirimkan email yang isinya menawari saya kesempatan untuk menulis buku tentang desain rumah murah. Mulanya saya menolak karena dua alasan. Pertama, saya bukan penulis. Kedua, kalaupun ada niat membukukan, saya ingin menunggu sampai karya-karya tersebut selesai dibangun. Namun, melewati diskusi yang cukup panjang, akhirnya saya mulai terbujuk. Saya beranikan diri untuk mulai menulis dengan harapan bahwa buku ini akan bermanfaat bagi banyak orang yang masih bermimpi untuk memiliki rumah sendiri.
Komitmen saya untuk membantu desain rumah murah memang merupakan salah satu jawaban atas pertanyaan “buat apa sih saya HIDUP?”. Pertanyaan ini saya ajukan kepada diri saya sendiri pada awal masa kuliah di jurusan arsitektur. Melalui berbagai keluh kesah (yang tidak berguna apapun) terhadap kondisi arsitek dan arsitektur di tengah masyarakat luas, perenungan, serta pengalaman membangun rumah sendiri dan rumah ibu saya, akhirnya saya menetapkan cita-cita untuk membantu desain 100 rumah murah dengan jasa desain murah. Mengapa 100? Anggaplah satu tahun saya membantu desain 5 rumah murah, maka 100 bukan jumlah yang terlalu sedikit atau terlalu sulit untuk dicapai. Mudah-mudahan saya dianugerahi umur panjang untuk mencapai cita-cita itu. Paling tidak inilah sumbangsih saya dalam memasyarakatkan arsitektur.
Saat ini masih banyak anggapan bahwa jasa desain arsitek itu mahal, sehingga banyak sekali rumah atau bangunan skala kecil sampai menengah yang dibangun tanpa keterlibatan arsitek. Akibatnya, justru jauh lebih mahal daripada penghematan biaya perencanaan jasa desain arsitek. Wajah fisik kota kita menjadi semakin menurun kualitasnya karena kehadiran bangunan-bangunan yang kurang sedap dipandang mata. Karena itu, batasan ‘murah’ dalam konteks rumah murah ini masih agak longgar. Tujuannya agar dapat melayani lebih banyak orang, sehingga mereka bisa mengalami karya arsitektur yang didesain dengan serius. Harapannya kelak peran arsitek sebagai perencana desain bangunan akan semakin dihargai, dibutuhkan, bahkan diinginkan oleh masyarakat banyak. Selain itu, rumah juga merupakan ruang utama yang menjadi pusat pertumbuhan dan pembentukan kualitas manusia. Saya percaya ruang-ruang hidup sehari-hari yang berkualitas akan mendorong sikap hidup menjadi lebih positif. Nantinya, kualitas hidup manusia-manusia positif ini seharusnya bisa ikut menentukan wajah bangsa kita menjadi lebih baik.
Ternyata tanggapan masyarakat sangat mengejutkan saya! Belum sampai 6 bulan, sudah ada lebih dari 40 keluarga dari berbagai daerah di Indonesia yang menghubungi saya untuk minta bantuan desain. Berbagai daerah tersebut, yaitu: Aceh, Medan, Riau, Jambi, Pekanbaru, Palembang, Batam, Depok, Tangerang, Jakarta, Bekasi, Bandung, Lembang, Majalengka, Majalaya, Margahayu, Bojongkoneng, Sukabumi, Bogor, Solo, Jember, Kediri, Gresik, Salatiga, Lombok, Pontianak, Timika Papua. Hal ini betul-betul memberikan semangat dan tentunya kesibukan tambahan buat saya. Belum semuanya mengembalikan data-data yang saya minta sebagai dasar untuk memulai desain. Saat ini baru sekitar 17 rumah yang sudah selesai atau dalam proses desain. Mungkin saja keluarga-keluarga yang tidak mengembalikan data tersebut tidak jadi menggunakan jasa desain saya karena alasan tertentu (walaupun sampai saat ini saya masih menunggu data-data tersebut). Namun saya pun amat memaklumi adanya sebagian keluarga yang tidak jadi membangun atau merenovasi rumahnya karena dananya dipakai untuk keperluan lain.
Buku ini berisi tentang perjalanan desain 8 rumah murah dengan berbagai kebutuhan, konteks, dan permasalahan yang berbeda-beda. Sebagian besar desainnya sudah disetujui atau sedang dibangun dan ada 2 rumah yang masih dalam proses asistensi dengan pemiliknya. Di dalamnya berisi mimpi dan keinginan masing-masing keluarga pemiliknya. Masing-masing rumah didesain sesuai dengan karakter pemiliknya, serta merupakan pilihan desain yang mempertimbangkan berbagai pemikiran yang disesuaikan dengan konteks persoalannya. Seluruh rumah didesain antara bulan April sampai Agustus 2008. Berbagai cerita dan pendekatan desain, diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pembaca bahwa peran arsitek dalam memperkaya sensasi ruang, memiliki kemungkinan eksplorasi desain yang tidak terbatas, walaupun dibatasi oleh dana. Memang tidak semuanya merupakan solusi desain yang paling murah, karena memang konteksnya tidak menuntut desain yang paling murah.
Mudah-mudahan berbagai penyelesaian desain dalam buku ini betul-betul dapat memberikan inspirasi kepada para pembaca, terutama yang masih bermimpi untuk punya rumah sendiri meskipun memiliki keterbatasan dana. Memang jumlah masyarakat Indonesia dengan kondisi ekonomi yang belum sejahtera masih tergolong banyak. Walaupun demikian, sebetulnya solusi desain rumah murah sangat sesuai dengan konteks zaman saat ini, tidak hanya bagi masyarakat yang kurang mampu. Pemanasan global memaksa kita untuk mengutamakan semangat hemat energi dan arsitektur berkelanjutan, sehingga desain yang tidak mahal dalam pembangunannya pun merupakan penghematan yang cukup berarti. Lagipula indah itu seumpama dua wanita. Wanita yang satu memiliki penampilan fisik yang cantik. Namun setelah kenal lebih dekat, ternyata wanita cantik tersebut memiliki sifat dan tabiat yang sangat buruk. Ada juga wanita kedua, yang dari penampilan luarnya terlihat sederhana, namun ternyata memiliki pemaknaan yang sangat luas tentang kehidupan, keseimbangan alam, hubungan positif antar manusia, serta nilai-nilai luhur yang berhubungan dengan kekekalan. Maka, wanita kedua ini dapat kita pandang sebagai keindahan, yang lebih dalam nilainya daripada sekedar kulit atau kosmetik. Dalam konteks rumah, maka nilai indah dapat berupa pemanfaatan material daur ulang, kemudahan perawatan, kemudahan pembuatan, penghematan material, sikap ramah lingkungan, tata ruang yang baik dan lain-lain. Begitu juga dengan kemewahan, sebaiknya dilihat dari kualitas ruang-ruang yang terbentuk, bukan dari mahalnya material yang digunakan. Kehadiran ruang yang sesuai kebutuhan dengan kekayaan sensasi ruang, merupakan kemewahan bagi sebuah rumah murah. Mahal memang belum tentu indah dan indah tidak selalu harus mahal.
Bandung, 17 Oktober 2008
yu sing
mimpi membantu desain sejuta rumah murah.
http://books.google.co.id/books?id=zrTHzW0OLAUC&pg=PT1&lpg=PT1&dq=yu+sing&source=bl&ots=nRqgZPwnMP&sig=CJ38ClE7f6JPgEygRpWqosqdh9w&hl=id&ei=8uW8Sq7kMsnykAWAw9SyDQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=8#v=onepage&q=&f=false
http://kosmo.vivanews.com/news/read/61754-bangun_rumah_murah__bukan_hanya_mimpi
19.1.09
buku tentang arsitektur nusantara kini
Indonesia adalah negara dengan sejuta budaya. Keanekaragaman memang sudah menjadi kekayaan negara ini bahkan sejak belum bernama Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar (tapi bukan negara dengan jumlah pulau terbanyak), dan kemungkinan juga negara dengan jumlah budaya terbanyak. Demikian pula dengan arsitekturnya. Keanekaragaman arsitektur tradisional Indonesia merupakan harta melimpah yang dapat menjadi sumber inspirasi yang tidak ada habisnya.
Buku tentang arsitektur nusantara kini akan merupakan kumpulan karya arsitek indonesia (termasuk mahasiswa), yang mengangkat nilai lokalitas nusantara sebagai sumber inspirasi desainnya. Ini merupakan tanggung jawab yang besar dan proyek buku yang penuh harapan bagi kami para penyusun. Mudah2an menjadi catatan penting buat perkembangan arsitektur indonesia, dan bukan tidak mungkin menjadi rujukan arsitektur indonesia bagi dunia arsitektur global. Ini juga sebuah langkah menembus dinding, menulis tentang kekayaan (arsitektur) kenusantaraan oleh anak bangsa indonesia sendiri. Kita semua tahu bahwa tulisan2 bagus tentang budaya nusantara kebanyakan ditulis atau lebih dulu ditulis oleh orang-orang asing.Kontribusi rekan-rekan arsitek dan mahasiswa dalam mengirimkan karya kenusantaraannya kepada kami merupakan langkah penting bagi eksistensi arsitektur nusantara masa kini. kami menunggu kiriman karya dari rekan-rekan, sampai akhir februari 2009. mari menyongsong dunia arsitektur indonesia yang lebih bergairah dan penuh makna di masa depan.
Kepada seluruh rekan-rekan, melalui tulisan ini kami bermaksud untuk mengundang seluruh rekan-rekan arsitek untuk menjadi kontributor penerbitan sebuah buku arsitektur. Buku ini akan berisi tentang karya-karya arsitektur masa kini yang mengangkat/mengandung nilai-nilai lokalitas nusantara sebagai inspirasinya. Hal ini merupakan salah satu upaya kami untuk memasyarakatkan arsitektur dalam konteks kenusantaraan, menggali kekayaan arsitektur nusantara, sekaligus mendokumentasikan karya-karya para arsitek Indonesia yang mengangkat nilai-nilai lokal. Mudah-mudahan buku ini akan memberikan sumbangan catatan sejarah terhadap perkembangan arsitektur nusantara. Partisipasi rekan-rekan arsitek untuk menjadi kontributor sangat kami harapkan. Kami juga mohon bantuan rekan-rekan juga untuk menyebarkan undangan ini.
Penyusun : Josef Prijotomo, Galih Widjil Pangarsa, Yu Sing
Email : arsitektur_nusantara_kini@yahoo.com
Petunjuk pengiriman karya :
- setiap karya dikirimkan melalui email ke: arsitektur_nusantara_kini@yahoo.com
DAN dalam bentuk CD & hasil print dlm kertas A4 (yang berisi tim desain, penjelasan karya dan foto2/gambar2 dengan resolusi yang tinggi, dan data lengkap identitas pengirim) ke alamat: yu sing, jl.semar 34 bandung 40171, telp 022 6018247
(jadi ada 3 set materi yg perlu dikirimkan: email, CD&hasil print lewat pos)
- karya yg dapat dikirimkan adalah karya arsitektur yg berhubungan dengan nilai-nilai lokalitas terhadap konteks masa kini (lihat sinopsisnya pak josef prijotomo). Karya arsitektur dapat berupa proyek yang sudah dibangun, yang sedang dibangun, yang akan dibangun, maupun yang belum/tidak terbangun.
- max 1MB total utk setiap pengiriman email yg berisi 1 karya dengan isi penjelasan karya maupun foto2/gambar2nya (dalam email tidak perlu gbr lengkap, dalam cd gambar lengkap), file karya berupa pdf atau word, di dalam ukuran lembar A4
- tiap arsitek/tim/konsultan boleh mengirimkan lebih dari 1 karya
- judul file & email (subject) diatur sbb: fungsi bangunan - nama proyek - nama arsitek utama/tim/konsultan
(contoh: museum – sayembara museum tsunami aceh – ridwan kamil/urbane). utk proyek sayembara, di depan nama proyek ditulis keterangan sayembara.
- setiap karya yg masuk akan diseleksi oleh penyusun
Sinopsis : (dr pak josef prijotomo)
sinopsis lokalitas masakini [buram/draft] 1
sebuah tesa dilontarkan bagi penghimpunan karya-karya yang dengan nyata memperlihatkan kesertaan arsitektur nusantara oleh para arsitek masakini. Kesertaan arsitektur nusantara hanya dimungkinkan kalau dari para arsitek itu ada kemauan terlebih dulu, baru diikuti oleh kemampuan.
Ada kemauan untuk menyertakan kenusantaraan dalam karya rancang, itu kemauan yang pertama. Yang kedua, kemauan untuk meyakinkan klien bahwa penyertaan nusantara tidak menjadikan karya arsitekturnya kalah 'hebat' daripada karya yang tidak menyertakan nusantara.
kemampuan menyertakan sudah barang tentu tidak merupakan masalah besar karena dengan kemauan keras dari arsitek perancang, pengenalan dan pemahaman akan kenusantaraan ini akan dapat dengan mudah diterapkannya dalam rancangan. selanjutnya, meski kemauan menggeluti kenusantaraan telah dipenuhi, kemauan untuk berdialog dengan klien dalam menusantara adalah tantangan yang harus dihadapi arsitek. Ada saja arsitek yang mesti membuat pertimbangan-pertimbangan sehingga akhirnya harus mengurungkan niatnya untuk menggunakan kenusantaraan dalam arsitekturnya. Bersyukur memang, kalau menjumpai klien yang dengan penuh ikut mendukung niatan arsitek untuk menusantara dalam karya arsitekturnya.
harus diakui bahwa ihwal menusantarakan arsitektur adalah 'barang baru' bagi perjalanan arsitektur di Indonesia. Namun kalau kita mau menyetarakan kenusantaraan ini dengan keklasikan di arsitektur manca [=barat], kita akan menemui sejumlah publikasi hasil penelitian dan pengkajian atas arsitektur klasik yang disertakan pada garapan masakini, salah satunya adlah dari Robert AM Stern dalam bukunya yang berjudul Modern Classicism. Pada garisbesarnya, Stern mengenali pengklasikan di karya masakini dengan memeriksa intensitas keklasikan yang disertakan dalam garapan masakini. Di situ, keklasikan dipilah menjadi keklasikan yang indrawi (visual) dan yang tan-indrawi (non-visual, misalnya tatanan/order klasik). Dengan menggunakan hasil kerja Stern ini pula sebagai pembuka jalan, penghimpunan atas karya-karya yang menusantara ini dilakukan. Mengingat bahwa sasaran utama dari himpunan ini adalah untuk memperlihatkan kemampuan nusantara untuk disertakan dalam rancangan dan garapan masakini, maka yang diutamakan dalam suguhan di buku ini adalah kesertaan nusantara yang indrawi; sedang yang tan-indrawi masih belum disuguhkan.
dalam menimbang kesertaan nusantara, berikut ini akan (diusulkan untuk) dilakukan pemilahan sebagai berikut.
-kesertaan wujudiah - kenusantaraan dihadirkan sebagai 'copy' dan karena itu nyaris tak dilakukan pengubahsuaian (modification). Bisa saja merupakan penghadiran yang menyeluruh (misal, yang dilakukan Terry Farrell), bisa pula hanya fragmen atau segmen saja (misal, Charles Moore di Piazza d'Italia).
-kesertaan sosok - kenusantaraan 'ditangkap' sebagai semacam siluet saja, dan karena itu dapat dikatakan sebagai nusantara yang disuguhkan sebagai gubahan geometri dwimatra (dua dimensi). Misanya seperti yang dilakukan oleh Graves di Humana Building atau Robert Venturi di Vanna Venturi House.
-kesertaan kenangan - wujud atau sosok nusantara tidak tersaksikan, akan tetapi dengan menikmati penggunaan bahan, warna serta tekstur dapat dengan langsung membuat orang terkenang atau teringat pada kenusantaraan (misal, garapan aldo Rossi dan Mario Botta)
pasti akan ada komentar atau malah protes, mengapakah kenusantaraan yang ditangani di sini lebih tertuju pada rupa atau bentuk, dan tidak pada ruang arsitekturalnya. Terhadap komentar atau protes seperti itu, jawabannya adalah sebagai berikut. Rupa indrawi arsitektur merupakan gerbang bagi jelajah arsitektur yang lebih mendalam baik dalam skala masyarakat maupun dalam lingkup arsitek dan calon-calon arsitek; sedang ruang arsitektur merupakan gerbang bagi jelajah akademik dan eksklusif arsitek. sasaran utama memperlihatkan kemampuan nusantara untuk ikutserta dalam kehadiran arsitektur masakini diyakini juga jauh lebih berhasil bila diawali dengan mengapresiasi pesona indrawi arsitektur (bagaikan wanita, yang cantik lebih mampu menyedot perhatian daripada yang biasa-biasa saja). Sementara itu, sebenarnya perlakuan dan sikap yang setara atas ruang dan atas bentuk arsitektur (dan yang menempatkan bentuk saja) adalah sah-sah saja adanya, bukan? Hanya dalam sisi tinjau dan konteks yang tertentu saja ada yang meyakini bahwa ihwal ruang adalah yang pertama dan utama; sekali lagi, itu bukan satu-satunya sisi tinjau dan konteks.
7 januari 2009
yu sing