“Arsitek selalu berada di persimpangan jalan. Selalu ada beberapa jalan mudah & beberapa arah sulit. Tidak banyak yang mau mengambil jejak sulit ini: memikirkan arsitektur berkaitan dengan masalah sosial kemasyarakatan. Tapi arsitek tetaplah Arsitek! Dia akan bekerja dengan kompetensinya yaitu gubahan desain arsitektur: massa, ruang, material & biaya, yang tidak dikuasai profesi atau okupasi lain.
Yu Sing mengorbankan dirinya sekaligus berani mengambil jalan mulia yg sulit di jalur avant garde ini, bergelut dengan persoalan bangsa yang universal: papan (rumah) murah, terjangkau, tanpa sedikit pun mengurangi sikap mengejar kualitas desain. Sebuah pergulatan yang patut mendapat perhatian, sambutan & kritik yang sepantasnya!”
Ahmad Djuhara, IAI (Ketua IAI Jakarta 2006-2009)
“Tidak banyak arsitek yang berminat mengerjakan proyek rumah murah untuk masyarakat biasa. Lebih sedikit lagi arsitek yang mau menyisihkan waktunya untuk menulis dan membagi idenya kepada masyarakat luas. Yu Sing adalah salah satu dari sangat sedikit dari mereka. Di dalam buku ini Yu Sing tidak bermaksud untuk membeberkan teori arsitektur formal atau mengemukakan tekonologi arsitektur yang canggih. Melainkan menguraikan pemikiran desain lewat pengalaman bersahajanya yang kaya, lucu, unik, juga mengharukan yang dijalin erat dengan konsep-konsep desain perancangan rumah yang tidak hanya murah, tetapi juga sustainable dengan menggunakan potensi lokal, ramah lingkungan, material daur ulang hingga memberdayakan masyarakat setempat. Tidak hanya praktikal, Yu Sing juga merefleksikan gambaran arsitektur bermoral, yang selayaknya menjadi teladan.”
Imelda Akmal (Arsitek-Penulis Buku Interior dan Arsitektur)
“Yu Sing adalah seorang pengkhayal. Waktu kecil ia berkhayal mengenai dunia dimana tidak ada lagi batas negara. Sewaktu ia tuliskan, ia malu karena ia membuat karangan yang kekanak-kanakan. Tapi ternyata betul-betul terjadi. Sekarang semua orang bisa melihat bagian dunia lain lewat internet, bisa berhubungan dengan orang di bagian dunia lain lewat kamera web. Sekarang ia bermimpi, bukan cuman berkhayal, masyarakat Indonesia, dari yang miskin sekalipun, bisa punya rumah yang nyaman, sehat, unik, inspiratif. Yu Sing mulai menjalani mimpi. Mengorbankan diri membantu desain rumah murah dengan jasa desain murah. Sejak awal Yu Sing sadar, jalan ini penuh dengan resiko. Jasa desain rumah murah jelas-jelas kecil. Tidak rugi saja sudah luar biasa bagus. Tapi Yu Sing percaya, bahwa rumah yang inspiratif akan mempengaruhi kualitas hidup sehari-hari menjadi lebih positif. Kondisi masyarakat akan menjadi lebih positif nantinya, demikian Yu Sing.
Apa yang menjadi mimpi bagi Yu Sing, bisa menjadi terobosan bagi kehidupan orang banyak. Rumah merupakan unsur utama dalam memberikan kenyamanan hidup, terutama ketenangan bagi suatu keluarga untuk menempuh hidup yang produktif lepas dari tekanan mental. Tapi rumah adalah pos biaya yang paling besar bagi budget kebanyakan orang. Mulai dari lahan, bahan dan design. Dari ketiga ini, design sebetulnya bisa ditekan biayanya atas dasar kesanggupan seorang arsitek. Tidak semua arsitek sanggup dan mau memberian subsidi sosial atas dasar kemampuan merancang. Yu Sing sanggup dan mau. Melalui buku ini, ia sediakan karya hidupnya untuk dinikmati sesuai selera dan kebutuhan setiap orang yang perlu rumah tanpa biaya besar.”
Wimar Witoelar
Apa yang menjadi mimpi bagi Yu Sing, bisa menjadi terobosan bagi kehidupan orang banyak. Rumah merupakan unsur utama dalam memberikan kenyamanan hidup, terutama ketenangan bagi suatu keluarga untuk menempuh hidup yang produktif lepas dari tekanan mental. Tapi rumah adalah pos biaya yang paling besar bagi budget kebanyakan orang. Mulai dari lahan, bahan dan design. Dari ketiga ini, design sebetulnya bisa ditekan biayanya atas dasar kesanggupan seorang arsitek. Tidak semua arsitek sanggup dan mau memberian subsidi sosial atas dasar kemampuan merancang. Yu Sing sanggup dan mau. Melalui buku ini, ia sediakan karya hidupnya untuk dinikmati sesuai selera dan kebutuhan setiap orang yang perlu rumah tanpa biaya besar.”
Wimar Witoelar
“Tulisan pengalaman pribadi seorang arsitek tentang perancangan rumah murah ini sangat menarik dan sangat bermanfaat untuk dibaca oleh orang awam, para calon arsitek, bahkan oleh para arsitek profesional sekalipun. Bagi orang awam buku ini akan memberikan pemahaman tentang arsitektur rumah tinggal yang baik dan tentang peranan arsitek dalam menghasilkan rancangan yang baik dan benar dengan bahasa yang cukup mudah dipahami. Para mahasiswa calon arsitek akan diuntungkan karena dapat mempelajari metoda merancang dan produk rancangan yang beragam untuk banyak kasus yang berbeda-beda yang sulit mereka temui di buku-buku teks. Bagi para arsitek profesional buku ini menawarkan suatu sudut pandang tentang profesi arsitek khususnya mengenai proyek-proyek rumah murah, dan cara-cara menikmati berprofesi sebagai arsitek; sesuatu hal yang barangkali perlu ditemukan kembali oleh para arsitek yang terlalu larut dalam kesibukan rutin dan teknis. Bagi siapapun, buku ini pantas dibaca sebagai kisah pribadi tentang dedikasi dan kecintaan seseorang akan profesi yang dipilih serta ditekuninya.”Eko Purwono (Dosen Arsitektur ITB, purwono@ar.itb.ac.id)
“Buku ini bercerita tentang sebuah semangat. Sebuah semangat berarsitektur ke masyarakat menengah bawah. Sebuah semangat bahwa arsitektur adalah milik semua. Sebuah semangat yang sangat menggugah dari seorang arsitek bernama Yu Sing.”
Ridwan Kamil (Arsitek dan dosen Arsitektur ITB)
kata pengantar
Walaupun buku ini diberi judul “mimpi RUMAH MURAH”, saya belum pernah bermimpi sebelumnya untuk menulis buku ini. Sampai suatu saat pihak penerbit mengirimkan email yang isinya menawari saya kesempatan untuk menulis buku tentang desain rumah murah. Mulanya saya menolak karena dua alasan. Pertama, saya bukan penulis. Kedua, kalaupun ada niat membukukan, saya ingin menunggu sampai karya-karya tersebut selesai dibangun. Namun, melewati diskusi yang cukup panjang, akhirnya saya mulai terbujuk. Saya beranikan diri untuk mulai menulis dengan harapan bahwa buku ini akan bermanfaat bagi banyak orang yang masih bermimpi untuk memiliki rumah sendiri.
Komitmen saya untuk membantu desain rumah murah memang merupakan salah satu jawaban atas pertanyaan “buat apa sih saya HIDUP?”. Pertanyaan ini saya ajukan kepada diri saya sendiri pada awal masa kuliah di jurusan arsitektur. Melalui berbagai keluh kesah (yang tidak berguna apapun) terhadap kondisi arsitek dan arsitektur di tengah masyarakat luas, perenungan, serta pengalaman membangun rumah sendiri dan rumah ibu saya, akhirnya saya menetapkan cita-cita untuk membantu desain 100 rumah murah dengan jasa desain murah. Mengapa 100? Anggaplah satu tahun saya membantu desain 5 rumah murah, maka 100 bukan jumlah yang terlalu sedikit atau terlalu sulit untuk dicapai. Mudah-mudahan saya dianugerahi umur panjang untuk mencapai cita-cita itu. Paling tidak inilah sumbangsih saya dalam memasyarakatkan arsitektur.
Saat ini masih banyak anggapan bahwa jasa desain arsitek itu mahal, sehingga banyak sekali rumah atau bangunan skala kecil sampai menengah yang dibangun tanpa keterlibatan arsitek. Akibatnya, justru jauh lebih mahal daripada penghematan biaya perencanaan jasa desain arsitek. Wajah fisik kota kita menjadi semakin menurun kualitasnya karena kehadiran bangunan-bangunan yang kurang sedap dipandang mata. Karena itu, batasan ‘murah’ dalam konteks rumah murah ini masih agak longgar. Tujuannya agar dapat melayani lebih banyak orang, sehingga mereka bisa mengalami karya arsitektur yang didesain dengan serius. Harapannya kelak peran arsitek sebagai perencana desain bangunan akan semakin dihargai, dibutuhkan, bahkan diinginkan oleh masyarakat banyak. Selain itu, rumah juga merupakan ruang utama yang menjadi pusat pertumbuhan dan pembentukan kualitas manusia. Saya percaya ruang-ruang hidup sehari-hari yang berkualitas akan mendorong sikap hidup menjadi lebih positif. Nantinya, kualitas hidup manusia-manusia positif ini seharusnya bisa ikut menentukan wajah bangsa kita menjadi lebih baik.
Ternyata tanggapan masyarakat sangat mengejutkan saya! Belum sampai 6 bulan, sudah ada lebih dari 40 keluarga dari berbagai daerah di Indonesia yang menghubungi saya untuk minta bantuan desain. Berbagai daerah tersebut, yaitu: Aceh, Medan, Riau, Jambi, Pekanbaru, Palembang, Batam, Depok, Tangerang, Jakarta, Bekasi, Bandung, Lembang, Majalengka, Majalaya, Margahayu, Bojongkoneng, Sukabumi, Bogor, Solo, Jember, Kediri, Gresik, Salatiga, Lombok, Pontianak, Timika Papua. Hal ini betul-betul memberikan semangat dan tentunya kesibukan tambahan buat saya. Belum semuanya mengembalikan data-data yang saya minta sebagai dasar untuk memulai desain. Saat ini baru sekitar 17 rumah yang sudah selesai atau dalam proses desain. Mungkin saja keluarga-keluarga yang tidak mengembalikan data tersebut tidak jadi menggunakan jasa desain saya karena alasan tertentu (walaupun sampai saat ini saya masih menunggu data-data tersebut). Namun saya pun amat memaklumi adanya sebagian keluarga yang tidak jadi membangun atau merenovasi rumahnya karena dananya dipakai untuk keperluan lain.
Buku ini berisi tentang perjalanan desain 8 rumah murah dengan berbagai kebutuhan, konteks, dan permasalahan yang berbeda-beda. Sebagian besar desainnya sudah disetujui atau sedang dibangun dan ada 2 rumah yang masih dalam proses asistensi dengan pemiliknya. Di dalamnya berisi mimpi dan keinginan masing-masing keluarga pemiliknya. Masing-masing rumah didesain sesuai dengan karakter pemiliknya, serta merupakan pilihan desain yang mempertimbangkan berbagai pemikiran yang disesuaikan dengan konteks persoalannya. Seluruh rumah didesain antara bulan April sampai Agustus 2008. Berbagai cerita dan pendekatan desain, diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pembaca bahwa peran arsitek dalam memperkaya sensasi ruang, memiliki kemungkinan eksplorasi desain yang tidak terbatas, walaupun dibatasi oleh dana. Memang tidak semuanya merupakan solusi desain yang paling murah, karena memang konteksnya tidak menuntut desain yang paling murah.
Mudah-mudahan berbagai penyelesaian desain dalam buku ini betul-betul dapat memberikan inspirasi kepada para pembaca, terutama yang masih bermimpi untuk punya rumah sendiri meskipun memiliki keterbatasan dana. Memang jumlah masyarakat Indonesia dengan kondisi ekonomi yang belum sejahtera masih tergolong banyak. Walaupun demikian, sebetulnya solusi desain rumah murah sangat sesuai dengan konteks zaman saat ini, tidak hanya bagi masyarakat yang kurang mampu. Pemanasan global memaksa kita untuk mengutamakan semangat hemat energi dan arsitektur berkelanjutan, sehingga desain yang tidak mahal dalam pembangunannya pun merupakan penghematan yang cukup berarti. Lagipula indah itu seumpama dua wanita. Wanita yang satu memiliki penampilan fisik yang cantik. Namun setelah kenal lebih dekat, ternyata wanita cantik tersebut memiliki sifat dan tabiat yang sangat buruk. Ada juga wanita kedua, yang dari penampilan luarnya terlihat sederhana, namun ternyata memiliki pemaknaan yang sangat luas tentang kehidupan, keseimbangan alam, hubungan positif antar manusia, serta nilai-nilai luhur yang berhubungan dengan kekekalan. Maka, wanita kedua ini dapat kita pandang sebagai keindahan, yang lebih dalam nilainya daripada sekedar kulit atau kosmetik. Dalam konteks rumah, maka nilai indah dapat berupa pemanfaatan material daur ulang, kemudahan perawatan, kemudahan pembuatan, penghematan material, sikap ramah lingkungan, tata ruang yang baik dan lain-lain. Begitu juga dengan kemewahan, sebaiknya dilihat dari kualitas ruang-ruang yang terbentuk, bukan dari mahalnya material yang digunakan. Kehadiran ruang yang sesuai kebutuhan dengan kekayaan sensasi ruang, merupakan kemewahan bagi sebuah rumah murah. Mahal memang belum tentu indah dan indah tidak selalu harus mahal.
Bandung, 17 Oktober 2008
yu sing
mimpi membantu desain sejuta rumah murah.
Walaupun buku ini diberi judul “mimpi RUMAH MURAH”, saya belum pernah bermimpi sebelumnya untuk menulis buku ini. Sampai suatu saat pihak penerbit mengirimkan email yang isinya menawari saya kesempatan untuk menulis buku tentang desain rumah murah. Mulanya saya menolak karena dua alasan. Pertama, saya bukan penulis. Kedua, kalaupun ada niat membukukan, saya ingin menunggu sampai karya-karya tersebut selesai dibangun. Namun, melewati diskusi yang cukup panjang, akhirnya saya mulai terbujuk. Saya beranikan diri untuk mulai menulis dengan harapan bahwa buku ini akan bermanfaat bagi banyak orang yang masih bermimpi untuk memiliki rumah sendiri.
Komitmen saya untuk membantu desain rumah murah memang merupakan salah satu jawaban atas pertanyaan “buat apa sih saya HIDUP?”. Pertanyaan ini saya ajukan kepada diri saya sendiri pada awal masa kuliah di jurusan arsitektur. Melalui berbagai keluh kesah (yang tidak berguna apapun) terhadap kondisi arsitek dan arsitektur di tengah masyarakat luas, perenungan, serta pengalaman membangun rumah sendiri dan rumah ibu saya, akhirnya saya menetapkan cita-cita untuk membantu desain 100 rumah murah dengan jasa desain murah. Mengapa 100? Anggaplah satu tahun saya membantu desain 5 rumah murah, maka 100 bukan jumlah yang terlalu sedikit atau terlalu sulit untuk dicapai. Mudah-mudahan saya dianugerahi umur panjang untuk mencapai cita-cita itu. Paling tidak inilah sumbangsih saya dalam memasyarakatkan arsitektur.
Saat ini masih banyak anggapan bahwa jasa desain arsitek itu mahal, sehingga banyak sekali rumah atau bangunan skala kecil sampai menengah yang dibangun tanpa keterlibatan arsitek. Akibatnya, justru jauh lebih mahal daripada penghematan biaya perencanaan jasa desain arsitek. Wajah fisik kota kita menjadi semakin menurun kualitasnya karena kehadiran bangunan-bangunan yang kurang sedap dipandang mata. Karena itu, batasan ‘murah’ dalam konteks rumah murah ini masih agak longgar. Tujuannya agar dapat melayani lebih banyak orang, sehingga mereka bisa mengalami karya arsitektur yang didesain dengan serius. Harapannya kelak peran arsitek sebagai perencana desain bangunan akan semakin dihargai, dibutuhkan, bahkan diinginkan oleh masyarakat banyak. Selain itu, rumah juga merupakan ruang utama yang menjadi pusat pertumbuhan dan pembentukan kualitas manusia. Saya percaya ruang-ruang hidup sehari-hari yang berkualitas akan mendorong sikap hidup menjadi lebih positif. Nantinya, kualitas hidup manusia-manusia positif ini seharusnya bisa ikut menentukan wajah bangsa kita menjadi lebih baik.
Ternyata tanggapan masyarakat sangat mengejutkan saya! Belum sampai 6 bulan, sudah ada lebih dari 40 keluarga dari berbagai daerah di Indonesia yang menghubungi saya untuk minta bantuan desain. Berbagai daerah tersebut, yaitu: Aceh, Medan, Riau, Jambi, Pekanbaru, Palembang, Batam, Depok, Tangerang, Jakarta, Bekasi, Bandung, Lembang, Majalengka, Majalaya, Margahayu, Bojongkoneng, Sukabumi, Bogor, Solo, Jember, Kediri, Gresik, Salatiga, Lombok, Pontianak, Timika Papua. Hal ini betul-betul memberikan semangat dan tentunya kesibukan tambahan buat saya. Belum semuanya mengembalikan data-data yang saya minta sebagai dasar untuk memulai desain. Saat ini baru sekitar 17 rumah yang sudah selesai atau dalam proses desain. Mungkin saja keluarga-keluarga yang tidak mengembalikan data tersebut tidak jadi menggunakan jasa desain saya karena alasan tertentu (walaupun sampai saat ini saya masih menunggu data-data tersebut). Namun saya pun amat memaklumi adanya sebagian keluarga yang tidak jadi membangun atau merenovasi rumahnya karena dananya dipakai untuk keperluan lain.
Buku ini berisi tentang perjalanan desain 8 rumah murah dengan berbagai kebutuhan, konteks, dan permasalahan yang berbeda-beda. Sebagian besar desainnya sudah disetujui atau sedang dibangun dan ada 2 rumah yang masih dalam proses asistensi dengan pemiliknya. Di dalamnya berisi mimpi dan keinginan masing-masing keluarga pemiliknya. Masing-masing rumah didesain sesuai dengan karakter pemiliknya, serta merupakan pilihan desain yang mempertimbangkan berbagai pemikiran yang disesuaikan dengan konteks persoalannya. Seluruh rumah didesain antara bulan April sampai Agustus 2008. Berbagai cerita dan pendekatan desain, diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pembaca bahwa peran arsitek dalam memperkaya sensasi ruang, memiliki kemungkinan eksplorasi desain yang tidak terbatas, walaupun dibatasi oleh dana. Memang tidak semuanya merupakan solusi desain yang paling murah, karena memang konteksnya tidak menuntut desain yang paling murah.
Mudah-mudahan berbagai penyelesaian desain dalam buku ini betul-betul dapat memberikan inspirasi kepada para pembaca, terutama yang masih bermimpi untuk punya rumah sendiri meskipun memiliki keterbatasan dana. Memang jumlah masyarakat Indonesia dengan kondisi ekonomi yang belum sejahtera masih tergolong banyak. Walaupun demikian, sebetulnya solusi desain rumah murah sangat sesuai dengan konteks zaman saat ini, tidak hanya bagi masyarakat yang kurang mampu. Pemanasan global memaksa kita untuk mengutamakan semangat hemat energi dan arsitektur berkelanjutan, sehingga desain yang tidak mahal dalam pembangunannya pun merupakan penghematan yang cukup berarti. Lagipula indah itu seumpama dua wanita. Wanita yang satu memiliki penampilan fisik yang cantik. Namun setelah kenal lebih dekat, ternyata wanita cantik tersebut memiliki sifat dan tabiat yang sangat buruk. Ada juga wanita kedua, yang dari penampilan luarnya terlihat sederhana, namun ternyata memiliki pemaknaan yang sangat luas tentang kehidupan, keseimbangan alam, hubungan positif antar manusia, serta nilai-nilai luhur yang berhubungan dengan kekekalan. Maka, wanita kedua ini dapat kita pandang sebagai keindahan, yang lebih dalam nilainya daripada sekedar kulit atau kosmetik. Dalam konteks rumah, maka nilai indah dapat berupa pemanfaatan material daur ulang, kemudahan perawatan, kemudahan pembuatan, penghematan material, sikap ramah lingkungan, tata ruang yang baik dan lain-lain. Begitu juga dengan kemewahan, sebaiknya dilihat dari kualitas ruang-ruang yang terbentuk, bukan dari mahalnya material yang digunakan. Kehadiran ruang yang sesuai kebutuhan dengan kekayaan sensasi ruang, merupakan kemewahan bagi sebuah rumah murah. Mahal memang belum tentu indah dan indah tidak selalu harus mahal.
Bandung, 17 Oktober 2008
yu sing
mimpi membantu desain sejuta rumah murah.
mudah-mudahan buku ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi terutama buat masyarakat yang masih bermimpi untuk punya rumah sendiri.
6 februari 2009, yu sing
http://books.google.co.id/books?id=zrTHzW0OLAUC&pg=PT1&lpg=PT1&dq=yu+sing&source=bl&ots=nRqgZPwnMP&sig=CJ38ClE7f6JPgEygRpWqosqdh9w&hl=id&ei=8uW8Sq7kMsnykAWAw9SyDQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=8#v=onepage&q=&f=false
http://kosmo.vivanews.com/news/read/61754-bangun_rumah_murah__bukan_hanya_mimpi