6.5.11

karya besar orang-orang kecil

SMP Negeri 17 di daerah sumber, surakarta, terletak di dalam jalan kecil agak tersembunyi. Murid-muridnya pun orang-orang kecil. Dari 700 - an jumlah murid SMP Negeri 17, sekitar 90% berasal dari keluarga kurang mampu. Pemulung, tukang becak, tukang sampah...menggambarkan dari mana anak-anak ini berasal.

Mereka bisa sekolah karena program sekolah gratis pemkot surakarta. Dari sepatu, pakaian, buku, semuanya gratis.

Seorang guru seni rupa, pa bambang, memahami anak didiknya orang-orang kecil. Yang belum tentu melanjutkan sekolah lagi. Sejak 2007 , pa bambang mengajari anak-anak smp ini membatik. Melukis batik. Agar anak-anak punya keterampilan ketika lulus SMP. Dan punya semangat bekerja atau berkarya. Sekitar 50 anak smp tersebut diajari tanpa didikte setiap hari rabu sepulang sekolah. Mulai dari menggambar pola di atas kertas. Kalau sudah terbiasa, lalu berlanjut membatik di kain. Lukisan batik. Dengan sedikit koreksi-koreksi kecil dari sang guru.

Hasilnya luar biasa. Lukisan-lukisan yang menarik. Seakan tidak ingin berhenti di situ saja. Pa bambang mengajak anak-anak melukis batik di baju kain. Lalu dikembangkan lagi di kaos. Kemudian di kayu. Lalu di topeng. Mulai melirik kertas semen bekas yang sebelumnya direndam di air. Terus berkembang dengan rencana-rencana baru.

Luapan semangat mengabdi sang guru yang terus makin berkobar. Berbagai galeri batik ternama sudah memesan karya-karya anak-anak smp negeri 17 surakarta ini. Turis-turis asing pun ikut berburu karya-karya mereka. Tawaran membatik di berbagai festival bukan hal baru. Saya sangat yakin karya-karya mereka makin luar biasa bila dilatih sedikit saja tentang warna dan teknik-teknik seni lainnya.

Tidak jarang pesanan jumlah besar ditolak. Ini murni karya kerajinan waktu luang anak-anak. Belum dikelola menjadi komersil. Dan mungkin tidak perlu mengikuti irama komersil. Ada waktunya anak-anak ingin bermain. Tidak melulu membatik. Bosan menunggu pembeli di gerai usaha kecil menengah yang sebetulnya cukup laku.

Tawaran memboyong belasan anak untuk membatik selama 1 bulan ke bali sempat ditolak. Sang guru tak bisa tidur semalaman memikirkan nasib anak-anak seandainya pergi tanpa ada yang bisa mendampingi. Guru yang sangat melindungi anak didiknya. Tidak hanya memikirkan eksistensi dirinya, yang sebetulnya tokoh kunci dalam menggali kehebatan anak-anak didiknya. Sebagian keuntungan hasil menjual karya anak-anak dipakai untuk membeli bahan baku atau alat. Tak jarang sang guru membayari kebutuhan makan atau ongkos transportasi anak-anaknya.

Di negeri terpuruk seperti saat ini, kisah smp negeri 17 surakarta memberi harapan segar. Orang kecil masih dan akan selalu berjuang. Demi nilai-nilai baik. Demi kesetaraan. Demi kehidupan. Tidak peduli bagaimana orang memandang mereka. Tidak peduli bagaimana mereka tidak dipedulikan. Selalu berjuang. Kalau mereka diberi kesempatan (sekolah). Lagi-lagi hormat untuk walikota surakarta pak jokowi.

Dan kagum pada kehebatan pecanting-pecanting kecil. Warnai bumi pertiwi dengan karya-karyamu.

surakarta, 5 mei 2011

yu sing

bersama komunitas wedangan




































2 komentar:

yu sing mengatakan...

maaf utk kualitas foto kurang baik..diambil sekenanya pakai hp di ruang agak gelap =P

yufinats mengatakan...

wah...keren2 karya batiknya ya...kelak mereka jadi pecanting "besar" dan karya yang besar juga.