3.6.12

bekal bertukang

hari minggu kemarin kami gotong royong bersama warga untuk membangun instalasi media ruang balai ajar tegal arum (lihat catatan sebelumnya 'balai ajar tegal arum, panggilan borobudur'). Sejak pagi hari gotong royong dimulai dengan membersihkan lokasi dari pepohonan salak yang sudah tidak produktif. Halaman kebun milik salah seorang tokoh warga akan digunakan untuk manfaat yang lebih banyak. Balai ajar multifungsi untuk warga desa tegal arum borobudur. 

Setelah lahan siap lebih bersih, saya dan teman2 relawan arsitek dan kebanyakan mahasiswa arsitektur mulai proses membangun. Sebagian bambu-bambu di lokasi ternyata belum diawetkan sama sekali. Maka harus mengambil bambu-bambu terlebih dahulu di posko di desa wanurejo yang telah diawetkan secara sederhana dengan memberi campuran premium dan solar lalu dipanaskan. 

Warga ikut membantu. Relawan mahasiswa yang kebanyakan dari malang lebih banyak berperan dalam proses konstruksinya. Semula saya tidak yakin dan kurang puas karena tidak ada tukang yang mendampingi. Peran utama justru dilakukan oleh para mahasiswa. Saya terpaksa jadi mandor dadakan karena tidak bisa bertukang. 

Setelah diskusi, mengukur, memecahkan beberapa batang bambu, mencari sistem konstruksi lain, memilih bambu, mengikat, memotong, naik pohon, dan lain-lain, perlahan-lahan saya mulai terkagum. Teman-teman mahasiswa ini cukup hebat bertukang. Juga hebat berpikir mencari jalan keluar lagi ketika cara sebelumnya gagal dan alat-alat perlengkapan sangat kurang dan belum tersedia. 

Akhirnya kami sampai lembur melanjutkan konstruksi setelah beristirahat sejenak dan mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan. Tanpa mengeluh, bahkan lebih gesit dari siang hari, kami melanjutkan konstruksi sampai jam 1 dini hari tadi. Sebagian relawan mahasiswi juga ikut membantu mengawetkan bambu-bambu yang akan digunakan hari-hari selanjutnya. 

Bekal bertukang untuk mahasiswa arsitektur (juga mungkin sipil atau bahkan jurusan lainnya) saya rasakan sangat penting. Bila memang ingin memberikan banyak sumbangsih karya dan tenaga bagi masyarakat yang masih sangat membutuhkan bantuan, pendampingan, juga perhatian. Satu hal yang juga tidak terpikirkan, rumah-rumah warga di borobudur, situs penting salah satu warisan dunia, kebanyakan belum punya kamar mandi di rumahnya. Seorang warga yang punya kamar mandipun, rumahnya masih berlantai tanah yang tidak rata. Ini saya ketahui ketika menumpang buang air kecil di sana. 

Bekal bertukang ternyata didapat sebagian besar mahasiswa dari malang itu ketika ospek selama setahun (satu semester?) bekerja bakti di desa-desa. Arsitek bukan hanya bisa membuat karya besar, tetapi juga bisa membuat kehidupan yang lebih baik. Mahasiswa tidak hanya berdemo, tapi juga bergotong royong. Masyarakat kecil masih teramat banyak. Bantuan masih akan terus diperlukan. 

Terima kasih untuk teman-teman relawan yang kemarin ikut membantu. Mohon maaf kalau saya sempat menjadi mandor yang galak, berkali-kali salah sehingga sebagian proses konstruksi harus berulang-ulang, serta minta teman-teman untuk terus bekerja daripada bersantai sejenak menikmati kebersamaan di kebun. Suguhan pecel, gorengan, dan kelapa baru petik dari warga kemarin siang memberikan kesegaran dan menurunkan ketegangan saya sebelumnya. 

yogyakarta, 23 april 2012 
yu sing 

Tidak ada komentar: