vila tumpang sari belitung.
status: proposal.
tim desain: yu sing, benyamin narkan, ismail solehudin.
tim mahasiswa magang: vidya.
luas lahan: 2,87 hektar.
jumlah vila: 53.
Vila didesain menyatu dengan hutan. Lahan ditanami aneka
pohon kayu dan buah-buahan yang tahan puluhan tahun. Proses menghutankan lahan
menjadi pernyataan kuat sejak awal, bahwa rangkaian fasilitas ekowisata (lihat tumpang sari hotel dengan kebun) ini mengupayakan keharmonisan antara kepentingan ekonomi
dengan kelestarian alam dan budaya. Baik juga bila pengembang lain mengikuti
dengan membuat hutan juga, maka lingkungan alam Belitung akan makin lestari.
Namun bila yang lain tidak ikut, maka vila hutan ini akan menjadi oase dan
semakin bernilai tinggi.
Mengapa hutan?
Fungsi vila membutuhkan tingkat privasi yang tinggi, perlu
jarak antar satu vila dengan lainnya, dan relatif tidak padat. Hutan menjadi
pilihan yang tepat dalam membuat vila yang inspiratif. Berbeda dengan vila yang
dibangun di dalam hutan, di sini justru lahan terbuka ditanami banyak pohon,
dihutankan, bersama-sama dengan pembangunan vila. Secara filosofis, manusia
bukan puncak ekosistem, penentu utama paling tinggi, tetapi menjadi bagian dari
ekosistem. Sikap yang menganggap manusia sebagai puncak penentu ekosistem,
telah membuktikan kerusakan alam secara masif di seluruh dunia. Kerusakan
kondisi bumi dan peningkatan suhu bumi saat ini telah membangkitkan kesadaran
yang lebih tinggi atas pentingnya kelestarian alam.
Mungkinkah pertumbuhan ekonomi dilakukan seiring dengan
upaya-upaya memperbaiki bumi, atau paling tidak menjaga kelestariannya ?
Mestinya, alam yang semakin lestari akan menjadi syarat
utama bagi perkembangan eko wisata yang juga lestari dalam jangka panjang. Eko
wisata yang lestari maka pertumbuhan ekonomi juga lestari. Berjalan beriringan.
Proses menghutankan.
Perlu waktu cukup lama agar pepohonan yang ditanam tumbuh
besar dan suasana hutan dapat terbentuk. Paling tidak perlu sekitar 5 tahun
agar tinggi (beberapa jenis) pepohonan dapat mencapai lebih dari 3 meter
tingginya. Sementara pohon yang direncanakan belum tumbuh besar, di
samping-sampingnya dapat ditanam pohon sementara yang cepat tinggi, baik perdu
maupun pohon berkambium gabus. Pilihan pohon kayu dan buah-buahan yang dapat
berusia puluhan tahun, dapat diutamakan berupa pohon-pohon endemik belitung
juga beberapa pohon yang memang diperlukan, misal untuk mengusir nyamuk atau
daun atau batangnya dapat digunakan sebagai pestisida organik. Tentu saja
pepohonan eksisting yang telah cukup besar akan dipertahankan.
Selain itu juga tentu
dapat ditanami aneka tumbuhan bunga, perdu, buah-buahan, rempah-rempah sebagai
pembentuk suasana dan mendatangkan aneka kupu-kupu, capung dan burung yang
indah dilihat serta serangga ekosistem lainnya. Demikian pula pada lahan hotel
C1, pohon bunga dapat ditanam berdampingan dengan aneka pohon sayur dan rempah.
Pohon bunga (tertentu) meningkatkan kandungan nitrogren tanah yang dibutuhkan
sayuran dan mendatangkan serangga-serangga pemangsa hama tanaman sayur.
Gugusan massa dan
lanskap.
Bangunan vila berupa panggung 2 lantai. Lantai 1 hanya teras
terbuka dan sedikit ruang tangga tertutup. Teras terbuka menghadap kolam
renang. Kursi santai dan atau kasur gantung di teras menjadi sangat
menyenangkan untuk mengalami suasana hutan di bawah. Kamar di lantai 2. Akses
jalan menuju vila juga melalui selasar kayu terbuka di lantai 2.
Selasar kayu meliuk-liuk
melewati rimbunnya dedaunan. Cahaya matahari menembus sela-sela daun.
Pengalaman berjalan menuju vila semakin menarik ketika pepohonan sudah tinggi
dan rimbun seperti berjalan-jalan di ketinggian di dalam hutan.
Tumpang sari vila dengan hutan diperkuat dengan gugusan vila
yang ditata seperti dedaunan pada cabang-cabang batang pohon. Satu kelompok
vila mengelilingi kolam renang dapat berjumlah 5, atau 7 vila. Di tengah lahan
ada 4 bangunan spa dengan jacuzzi pada lantai puncaknya. Bangunan pelayanan
diletakkan di atas area parkir berupa tiga massa kerucut.
Lahan bagian depan yang berbatasan dengan pantai didesain
sebagai restoran dan kafe. 1 bangunan dapur, 1 bangunan restoran, 3 bangunan
kafe, 1 bangunan sirkulasi vertikal berupa miringan/ramp.
Restoran dan kafe didesain agak terpisah dengan gugusan
vila, sehingga dapat menarik pengunjung umum yang tidak menginap di vila. Batas
dengan vila berupa gugusan pohon yang cukup banyak dan rimbun sehingga vila
masih cukup privasi dan suasananya tetap seperti di dalam hutan.
Restoran, kafe, dan
warung.
Restoran dan kafe juga didesain panggung, fungsinya mulai
lantai 2. Restoran cukup besar didesain 2 lantai (lantai 2 dan lantai 3).
Sedangkan kafe relatif lebih kecil, ada 3 bangunan. Kafe untuk menjual makanan
minuman yang tidak terlalu berat/mengenyangkan, sebagai tempat nongkrong sambil
menikmati pantai dan matahari terbenam. Lantai 3 kafe didesain terbuka tanpa
atap untuk suasana lebih santai. Malam hari bisa melihat bulan dan bintang.
Posisi pinggir pantai yang strategis merupakan tempat umum
semua kalangan tanpa batas. Karena itu lantai 1 di bawah kafe dan restoran
dapat didesain untuk gerobak-gerobak penjual makanan ala warung/kaki 5 yang
relatif murah. Privasi kafe dan restoran tidak akan terganggu karena beda
lantai. Pengunjung diberikan banyak pilihan tempat makan.
Gerobak didesain rapi
dan lingkungannya bersih dengan pengaturan yang tertib termasuk pengelolaan
sampahnya. Salah 1 ruang di bawah kafe bahkan dapat juga difungsikan sebagai
balai pernikahan sederhana. Multifungsi. Menikah di warung pinggir pantai.
Ketika tidak ada pernikahan tetap berfungsi sebagai warung. Ketika ada
pernikahan gerobak2 dapat dipindahkan sebentar. Suasana ruang meja kursi
pinggir pantai ini bisa jadi latar tempat yang sangat menarik dan otentik bagi
foto pernikahan. Dekorasi suasana jalanan pinggir pantai (ketika ada
pernikahan) dapat membuat suasana warung, kafe, dan restoran ini menjadi meriah
dan berganti-ganti.
8 april 2015
yu sing.