ini merupakan karya sayembara stasiun riset orangutan di kalimantan barat.
walaupun cuma pemenang ke-4, kami puas sekali dengan proses desainnya.
desainnya menyenangkan karena menemukan cara baru dalam mengkinikan arsitektur nusantara.
bagi kami, arsitektur tradisional perlu terus dikembangkan, tidak hanya berhenti, mati, lalu fotokopi tanpa perubahan. budaya itu proses. hidup. senantiasa berkembang. tentu juga karena konteks jaman yang sudah berbeda. jadi, selain pelestarian (karya masa lalu), juga perlu pengembangan.
dan dalam prosesnya ada reinterpretasi. penerjemahan nilai2.
dalam karya ini, kami membuat desain atas dasar makna2 kehidupan yang lebih luas. melampaui (fungsi) arsitektur. arsitektur bisa menjadi medium bagi makna kehidupan yg lbh luas. karena begitu juga arsitektur tradisional. nenek moyang kita menitipkan banyak makna (hidup) lewat berbagai elemen arsitektur (sebetulnya dlm banyak aspek, misalnya motif, tenun, batik, ukiran, dongeng, lagu rakyat, dll selalu penuh makna).
pembentukan arsitektur melalui pemaknaan sesuai konteks jaman dan lokasi serta fungsinya.
menghidupkan kembali arsitektur nusantara. seperti menciptakan arsitektur vernakular baru.
salam
yu sing
10 komentar:
jadi inget kampung ewok di film starwars
Cool. Ya begnilah mestinya eksperimen untuk nusantara masa depan. Bravo, maju terus mas Yusing! Yg Nias juga keren... Galihwpangarsa@gmail.com
Bagus.. sayang ya cuma dapet juara 4. Juara 1-nya siapa Mas?
andaikan waktu itu saya menjadi juri Juara II akan sy semtkan untk anda....sngat disyangkan pemiliha material yg sebgian besar dr kayu menjadi anti klimaks kondisi di kalimantan yg hutannya semakin memprihatinkan....so knp tdk berinovasi sedikit dengan material yg lain.....
slam Jo.cobain
pak galih, makasih.
clara, juara 1 krispitoyo (mudah2an ga salah ejaan) dari medan.
jo.cobain, persoalannya bukan pakai kayu atau tidak. sangat menyedihkan kalau sebagai penghasil kayu kalimantan tidak boleh pakai kayu, tp terus menerus diekspor dll kayunya. atau dirampok pejabat =(.
lagipula usulannya saya pakai kayu2 bekas dari pengepul2 bongkaran + ranting2 (cerucuk)..walaupun ongkos membawa kayu bekas ke lokasi yg sangat jauh di dalam hutan juga tidak murah.
prinsipnya: menjaga pohon juga bukan dengan cara tidak pakai pohon sama sekali...karena pohon merupakan material yg sebetulnya bisa cukup lestari, kalau penanaman + penebangan diatur.
baja mungkin juga bisa, tp sangat besar energi yg diperlukan dlm membuat baja. beton akan sangat tidak cocok krn lokasi di dalam hutan...begitu
@ iai balikpapan :
Saya sependapat dengan Mas Yu Sing..
Salam,
-D.M.
@iai balikpapan & yu sing :
menurut saya , penggunaan kayu tidak ada masalah selama yg digunakan adalah kayu legal. kalau boleh menambahkan, di beberapa wilayah di indonesia jg terdapat hutan yg dikelola secara baik untuk menghasilkan kayu2 legal dan tentunya bersertifikat.
Adapun alternatif lain yaitu dengan menggunakan batang pohon kelapa dimana yang dipakai untuk konstruksi adalah pohon kelapa yg berusia >60th .Pada usia itu,pohon kelapa semakin kuat,sehingga cocok untuk bangunan dengan konstruksi kayu. Selain itu,pada usia tersebut pohon kelapa sudah tidak produktif lagi,sehingga sudah saatnya diregenerasi,berganti dengan pohon2 kelapa muda. Dengan memanfaatkan kayu2 tua itu, berarti jg membantu mengurangi 'limbah' perkebunan,dimana seharusnya kelapa2 tua itu tidak akan terpakai lg.
Selain itu, untuk Kalimantan sendiri,yang notabene tanah rawa, penduduk justru menggunakan kayu galah sebagai pondasi dan scafolding, karena kayu tersebut sangat kuat,terutama jika dipendam dalam tanah.
Demikian, mohon maaf jika ada kekeliruan data.
Salam,
-meme-
makasih banyak meme,
juga krn sudah mampir sini =)
salam
Wah bagus seneng sekali saya berkunjung di sini, sangat inspirative...
Halo PAk Yu sing...
Wah Keren ide2nya untuk proyek yang ini....saya setuju dengan konsep daur ulang dan natural desain...
Salut untuk pak Yusing...
SAlam
Dion
Posting Komentar