16.4.12

sama seperti pohon, manusia juga bertumbuh

Rumah yu sing seperti apa sih? Saya cukup sering ditanya begitu. Mereka bertanya, biasanya mahasiswa arsitektur atau klien saya, setelah melihat karya-karya saya bersama tim lainnya yang mereka anggap unik atau tidak umum. Misalnya studio akanoma (asal katanya akar anomali) tempat saya dan tim berkarya, yang dinding dan lantainya terbuat dari bambu palupuh (istilah sunda untuk batang bambu yang dibelah-belah tanpa terputus menjadi rata, bambu keprek), serta banyak menggunakan material bekas (kaca mobil, tripleks bekisting, kayu, genting, kotak krat minuman, botol).


Rumah saya dibangun 8 tahun lalu. Dan selama delapan tahun itu, saya bersyukur bisa terus bertumbuh. Belajar banyak hal. Apa yang terjadi saat ini adalah proses yang telah dimulai sejak delapan tahun lalu. Delapan tahun lalu pun, proses dari tahun-tahun sebelumnya. Begitu seterusnya mundur ke belakang. Proses bertumbuh itu pula yang akan membuat karya-karya saya dan tim terus berbeda.

Dulu sewaktu masih mahasiswa, saya tidak suka arsitektur tradisional. Sekarang malah belajar lagi untuk mencari inspirasi.

Dulu saya tidak suka klasik. Sekarang saya suka sebagian klasik, sebagian lagi tetap tidak suka. Tapi melihat bahwa klasik itu sendiri bukan (seluruhnya) tidak bagus.


Dulu saya banyak tidak sukanya, sekarang saya melihat banyak hal lebih indah dalam konteksnya masing-masing.

Indah atau tidak memang sangat dipengaruhi oleh persepsi kita (sedikit penjelasan tentang persepsi dapat dilihat di buku saya 'mimpi rumah murah' terbitan trans media pustaka). Makin luas rasa keindahan yang bisa kita lihat dalam banyak hal, artinya kita makin bertumbuh.

Seperti pohon, makin tumbuh tinggi, makin luas sudut pandangnya terhadap dunia sekitar.


Sesuatu yang hari ini kita lihat belum bagus, mungkin saja tiga empat tahun kemudian kita lihat bagus. Karena sudut pandangnya sudah berubah. Ini sering saya alami sendiri. Piring dengan motif bunga-bunga tertentu dulu saya lihat kok norak, tapi sekarang saya lihat malah menarik. Karena itu saya tidak percaya kepada pendapat pribadi saja kalau menyangkut bagus atau kurang bagus.


Dalam mendesain, saya sering bertanya kepada tim desain (yang merupakan asisten-asisten saya) apakah ide tertentu bagus atau tidak. Mereka lebih suka yang mana. Beberapa kali juga terjadi kalau mereka bilang bagus, maka saya bisa juga melihat bagus, padahal sebelumnya saya rasa kurang bagus. Walaupun tidak selalu demikian, tapi pendapat lebih banyak orang juga merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan. Apalagi yang sedang didesain atau diputuskan bukan untuk diri sendiri. Ketika diskusi desain, biasanya lebih banyak ide-ide bagus mengalir padahal ketika mengerjakannya sendirian sudah mentok rasanya.


Dalam bertumbuh, yang ada di atas tidak lalu meninggalkan yang di bawah. Tanpa batang dan dahan pohon yang kuat di bawah, ranting dan dahan pohon yang tumbuh ke atas bisa patah. Rumah saya sejak 8 tahun lalu adalah anugerah. Saya bukan terlahir di keluarga kaya. Orangtua saya tinggal di rumah nenek saya sampai rumah itu dijual dan kemudian mengontrak rumah ke sana ke sini. Tahun 2004 saya membangun rumah sendiri bersama istri saya. Agak nekat karena dananya sangat terbatas. Pengalaman (mendesain maupun membangun) juga belum banyak. Masih banyak kekurangan di sana-sini, tapi sekarang kami masih tetap bisa menikmati berbagai pengalaman menyenangkan bila pulang ke rumah.


Satu hal baru yang kami nikmati adalah kolam di depan rumah sudah lama tidak lagi pakai pompa untuk memutar airnya. Sudah lama pula tidak perlu lagi dikuras. Tapi airnya jernih berkat berbagai pohon air yang hidup cukup sehat. Teratai yang dulu hanya di dalam pot besar yang disimpan di kolam, sekarang sudah beranak tumbuh dari dasar kolam. Debu, tanah, sisa daun, kotoran yang mengendap di dasar kolam menjadi media tumbuhnya teratai baru yang sama besarnya dengan teratai induknya. Rumah kami masih terus bisa dinikmati dan akan terus ikut bertumbuh bersama kami yang sekarang telah punya seorang anak berusia empat tahun empat bulan.


Anugerah ini tidak hadir begitu saja. Bertahun-tahun kami berjuang untuk menghemat dan membayar cicilan arisan dan kredit. Saya percaya juga Sang Pencipta membantu perjuangan kami dan selalu mencukupkannya. Keputusan mencari sepetak tanah (murah), membeli, mendesain, kemudian membangun rumah adalah pilihan hidup yang penting dan menjadi dasar bagi pertumbuhan yang terjadi tahun-tahun selanjutnya.


Tidak ada yang tidak mungkin, sepertinya ini slogan yang klise. Tapi itu terjadi. Saya bisa lulus kuliah saja sudah sulit karena biaya hidup keluarga saya dulu juga masih harus diperjuangkan.Tapi akhirnya saya punya rumah sendiri yang cukup luas, 100 m2, di usia pernikahan kami yang baru menginjak tahun ketiga kala itu. Di saat bagi kebanyakan orang punya rumah di Indonesia sangat tidak mudah.

Sekarang saya ingat klien-klien saya yang masih berjuang untuk punya rumah. Sebagian baru mimpi. Sebagian sudah mulai menyongsong mimpi yang jadi kenyataan. Saya yakin, rumah adalah impian yang dapat diraih melalui terus berjuang. Rumah sumber bertumbuh dan inspirasi hidup di masa yang akan datang. Pohon saja bisa bertumbuh, manusia pasti bertumbuh. Ayo kita terus bertumbuh!


rumah, cimahi selatan, 15 april 2012,

yu sing

3 komentar:

imazahra mengatakan...

I love this contemplation, Kang :)

Saya merasa 'ditemani' dalam berjuang memiliki rumah untuk keluarga mungil kami :p

yu sing mengatakan...

=)
ayo 'bertumbuh'

SMPN 9 Solo Angkatan '84 mengatakan...

inspirasional... saya suka desain2 rumah sederhana aman dan sehat. Sukses selalu bung Yu Sing.