Kearifan lokal. Peradaban tinggi.
Sering dikultuskan oleh ahli2 budaya.
Tapi bukti nyatanya apa?
Byk.peradaban itu musnah dan tak kembali. Entah oleh bencana alam atau perang saudara dan lainnya.
Kearifan lokal betapa luhur tidak mampu bertahan menjadi tuntunan warganya.
Terus luntur dan ditinggalkan.
Kemudian tatanan dunia terus rusak. Bumi makin rusak. Itu kenyataan.
Masihkah mau bergantung pada kearifan lokal persis spt dulu yg sekarang terdengar banyak hanya jadi mitos2 pokoknya begini pokoknya begitu?
Percuma. Kan sudah terbukti tidak diikuti masyarakatnya.
Apa yang dibutuhkan sekarang?
Tafsiran baru atas nilai luhur lama. Lalu mungkin munculkan nilai luhur baru. Yang sangat kontekstual relevan dan harus bisa disukai masyarakatnya.
Misal saja hutan keramat/larangan yg demikian dijaga hebat banyak kampung adat. Tapi juga kenyataan deforestasi indonesia gila2an.
Apakah dengan pendekatan mitos keramat dan larangan bisa ampuh? Sdh terbukti gagal.
Mungkin yg diperlukan skrg adalah pengetahuan mendalam atas hutan dan segala isinya. Sehingga masyarakat mencintai hutan. Berwisata ke hutan2. Walau pasti perlu fasilitas bangunan utk mengajak masyarakat masuk hutan. Tapi dikendalikan sangat. Bukan eksploitasi hutan untuk wisata saja. Konservasi jalan. Wisata jalan. Nilai pentingnya hutan tersampaikan.
Sehingga lbh banyak masyarakat yg akan bela hutan kalau dirusak. Karena lebih mengerti..lebih menikmati. Pernah masuk. Pernah belajar mengenal. bukan karena dikeramatkan. Atau dilarang2 masuk.
Tafsiran baru..kemasan baru...persuasi baru dibutuhkan agar peradaban kita membaik. Tidak makin busuk.
cimahi,
6 april 2016
yu sing.
studio akanoma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar